Market Outlook, 12-16 August 2019

1382

(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau fluktuatif, sempat tergerus dalam lalu rebound dalam 4 hari terakhirnya oleh rilis melonjaknya cadangan devisa RI sebesar $2 miliar pada bulan Juli, walau berakhir masih dalam koreksi, sementara bursa kawasan Asia umumnya merah oleh ketidakjelasan arah konflik dagang AS – China. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0.92% ke level 6,282.132. Untuk minggu berikutnya (12-16 Agustus 2019), IHSG kemungkinan masih dalam risiko menghadapi tekanan di tengah isyu konflik dagang, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6404 dan kemudian 6468, sedangkan support level di posisi 6022 dan kemudian 5918.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu rebound kuat khususnya 4 hari terakhir, sehingga secara mingguan masih melemah tipis 0.07% ke level Rp 14,190, namun melewati rebound tajam 0.46%, sementara dollar di pasar global tertekan dalam pasar yang naik turun. Rupiah tercatat di akhir minggu sebagai mata uang yang mengalami penguatan terbesar se Asia terhadap dollar. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan berpotensi kembali turun dan berada dalam range antara resistance di level 14,298 dan 14,355, sementara support di level Rp14,061 dan Rp14,005.

Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:

  • Dari kawasan Amerika: berupa rilis data Core CPI m/m pada Selasa malam; disambung dengan rilis Core Retail Sales m/m dan Philly Fed Manufacturing Index pada Kamis malam; berikutnya data Prelim UoM Consumer Sentiment pada Jumat malam.
  • Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Average Earnings Index 3m/y Inggris dan German ZEW Economic Sentiment pada Selasa sore; diikuti dengan rilis CPI y/y Inggris pada Rabu sore.
  • Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data Industrial Production y/y China pada Selasa pagi; dilanjutkan dengan data Employment Change Australia pada Rabu pagi.

 

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum melemah dalam pasar yang gunjang-ganjing, tertekan oleh investor yang cenderung memburu mata uang safe haven seperti yen, dimana indeks dolar AS secara mingguan turun ke 97.49. Sementara itu, pekan lalu Euro terhadap dollar terpantau menguat ke 1.1200. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1251 dan kemudian 1.1281, sementara support pada 1.1027 dan 1.0922.

Pound sterling minggu lalu terlihat melemah tajam ke level 1.2037 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2389 dan kemudian 1.2458, sedangkan support pada 1.1980 dan 1.1452. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah ke level 105.67.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 107.08 dan 109.32, serta support pada 105.13 serta level 104.56. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.6788. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6869 dan 0.6917, sementara support level di 0.6676 dan 0.6666.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum berakhir di zona merah diguncang oleh memanasnya tensi dagang AS – China kembali. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah ke level 20,684. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 21211 dan 21589, sementara support pada level 20110 dan lalu 19920. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir turun ke level 25,939. Minggu ini akan berada antara level resistance di 27043 dan 28275, sementara support di 25397 dan 24896.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau volatile dan berakhir melemah terbatas secara mingguan oleh kekhawatiran pasar terhadap perkembangan perang dagang AS – China dan prospek suram perekonomian global. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah tipis ke level 26,287.44, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 27175 dan 27281, sementara support di level 25440 dan 25373. Index S&P 500 minggu lalu melemah terbatas ke level 2,918.65, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3013 dan 3027, sementara support pada level 2822 dan 2800.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau terus perkasa oleh terkoreksinya dollar dan memanasnya tensi perang dagang, sehingga harga emas spot melonjak kuat ke level $1,497.34 per troy ons, posisi 6 tahun lebih tertingginya. Sempat menembus level $1,500, emas dunia secara mingguan membukukan kenaikan 4.4%, yang terbesar dalam 3 tahun terakhir dan sekitar 17% di tahun ini. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1590 dan berikut $1616, serta support pada $1400 dan $1381.

Dinamika harga instrumen investasi ada kalanya sebagian diwarnai dengan pasar yang sedang konsolidasi. Di balik konsolidasi, pengertiannya itu seperti kalau kita sedang naik tangga terus, maka ada waktunya kita ingin istirahat sejenak. Itulah dia konsolidasi! Pasar agak dalam “range-bound” dengan rentang harga yang agak sempit. Konsolidasi juga berarti pasar sedang melihat-lihat situasi pasar yang mungkin sedang diwarnai oleh, pada saat ini, arah perkembangan ekonomi berikutnya. Dalam situasi seperti ini, Anda pun tetap dapat mengalami profit. Caranya; mungkin Anda perlu belajar. Mari belajar bersama pelatihan yang ada di VBLC, pastinya itu akan bermanfaat. Kembali, salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!

Pada minggu ini juga mari kita deklarasikan bersama: “Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 Tahun. NKRI harga mati!” Salam Merdeka!

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here