Market Outlook, 26-30 August 2019

1848

(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau melemah dengan rebound di akhir pekan, dan bergerak dalam rentang pasar yang agak terbatas, sementara bursa kawasan Asia umumnya menguat sekalipun ada kenaikan tensi dagang antara Jepang dan Korsel. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0.49% ke level 6,255.597. Untuk minggu berikutnya (26-30 Agustus 2019), IHSG kemungkinan masih di area konsolidasi dalam bias negatif, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6329 dan kemudian 6404, sedangkan support level di posisi 6161 dan kemudian 6022.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu cukup fluktuatif namun masih menguat dalam seminggunya, di antaranya dengan pemangkasan suku bunga BI 7-DRRR ke 5.50%, sehingga secara mingguan menguat 0.15% ke level Rp 14,213, sementara dollar di pasar global fluktuatif dan merosot tajam di akhir pekan. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan masih berpotensi dalam arah turun dan berada dalam range antara resistance di level 14,332 dan 14,355, sementara support di level Rp14,175 dan Rp14,061.

Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:

  • Dari kawasan Amerika: berupa rilis data Core Durable Goods Orders m/m pada Senin malam; disambung dengan rilis CB Consumer Confidence pada Selasa malam; berikutnya data Prelim GDP q/q pada Kamis malam; diakhiri dengan rilis Personal Spending m/m pada Jumat malam.
  • Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data German Ifo Business Climate pada Senin sore; diikuti dengan rilis CPI Flash Estimate y/y Eropa pada Jumat sore.
  • Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data Manufacturing PMI China pada Sabtu pagi.

 

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum melemah terutama di akhir minggu oleh makin panasnya tensi konflik dagang Amerika – China, yang membuat dollar tergelincir dari 2 minggu tertingginya vs euro, dimana indeks dolar AS secara mingguan merosot ke 97.64. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau menguat tajam ke 1.1144. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1229 dan kemudian 1.1281, sementara support pada 1.1027 dan 1.0922.

Pound sterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.2279 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2389 dan kemudian 1.2581, sedangkan support pada 1.2065 dan 1.2015. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah tajam ke level 105.41.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 107.08 dan 109.32, serta support pada 105.05 serta level 104.56. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah tipis ke level 0.6756. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6869 dan 0.6917, sementara support level di 0.6676 dan 0.6666.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum berakhir menguat sementara mencari indikasi arah dari the Fed di tengah tensi dagang antara Jepang dan Korea Selatan. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 20,710. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 20782 dan 21211, sementara support pada level 20110 dan lalu 19920. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir naik ke level 26,179. Minggu ini akan berada antara level resistance di 26313 dan 27043, sementara support di 24899 dan 24540.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau berakhir melemah di minggu yang keempat oleh pasar yang terguncang setelah Presiden Trump memerintahkan pabrik-pabrik Amerika di China untuk angkat kaki dan cari alternatif lain atau kembali ke AS. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah ke level 25,628.90, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 26426 dan 27175, sementara support di level 25339 dan 25373. Index S&P 500 minggu lalu melemah ke level 2,847.11, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2943 dan 3013, sementara support pada level 2822 dan 2800.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau terus dalam keperkasaannya –di minggu keempatnya- terdorong oleh pidato Jeremy Powell yang dovish dan naiknya tensi perang dagang, walau awalnya sempat tertahan profit taking, sehingga harga emas spot menanjak ke level $1,526.92 per troy ons, mendekati level 6 tahun tertingginya. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1534 dan berikut $1590, serta support pada $1486 dan $1400.

Sejumlah pelaku pasar adakalanya menghadapi masa-masa panik di tengah situasi tekanan pasar. Kadang-kadang investor bisa bereaksi secara sepertinya kurang logis atau over-reactive. Apapun itu, tidak mudah bereaksi bahkan secara logis pun pada saat pasar sedang heboh, gonjang-ganjing dan panik. Ini, antara lain, menunjukkan kuatnya fenomena psikologis dalam pasar, baik dalam individu per investor maupun di level pasar secara universal yang bisa disebut sebagai psikologi pasar. Di tengah kepanikan pasar demikian, ada saja investor yang bisa diuntungkan, misalnya untuk mereka yang belakangan ini konsisten ambil posisi buy gold di pasar. Bagaimana pun, tidak mudah untuk mengikuti, memahami, apalagi memanfaatkan gejolak pasar yang naik turun. Jangan kuatir, Vibiznews.com adalah ahlinya untuk membantu menganalisis pasar bagi Anda dan memetik keuntungan dari dinamikanya. Mungkin Anda telah membuktikannya juga sebelum ini. Terima kasih telah bersama kami, ketahuilah kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here