Sentimen Bearish : Harga Minyak Anjlok; Akankah Berlanjut atau Sementara?

969

(Vibiznews – Economy & Business) Sentimen penggerak pasar hari ini muncul, namun bukan sentimen penggerak ke atas, tapi sentimen penggerak ke bawah atau disebut sentimen bearish.

Beberapa waktu lalu sentimen penggerak pasar adalah perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, dan cukup menjadi sentimen yang panjang, menggerakkan pasar naik turun.

Di tengah-tengah sentimen penggerak, muncul sentimen-sentimen penggerak jangka pendek, seperti keputusan suku bunga The Fed, ketegangan di Timur Tengah dan lainnya. Biasanya akan kembali lagi ke sentimen utama penggerak pasar.

Belum lama ini kembali muncul sentimen penggerak utama yang mengatasi perang dagang AS-China yaitu wabah virus corona yang sudah menyebar secara global ke berbagai negara.

Diawali dengan China sebagai negara asal virus Corona, maka ekonomi negara tersebut merosot akibat terhentinya perdagangan, produksi, dan berbagai aktifitas bisnis.

Karena China merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua setelah AS, maka mempengaruhi juga negara-negara lain, dimana permintaan dari China menjadi menurun, akibatnya menekan ekonomi juga negara-negara terkait, juga menekan bisnis berbagai perusahaan terkait.

Namun di tengah-tengah sentimen wabah virus Corona, hari ini muncul sentimen yang datang tanpa diduga, yaitu anjloknya harga minyak mentah. Sentimen bearish ini menggelincirkan bursa global.

Harga minyak jatuh ke posisi terendah multi-tahun pada hari Senin ini (09/03) karena ketegangan antara Rusia dan Arab Saudi meningkat, memicu kekhawatiran bahwa perang harga habis-habisan akan segera terjadi.

Aksi jual minyak mentah dimulai minggu lalu ketika OPEC gagal mencapai kesepakatan dengan sekutunya, yang dipimpin oleh Rusia, tentang pengurangan produksi minyak. Hal itu, pada gilirannya, menyebabkan Arab Saudi memangkas harga minyaknya karena dilaporkan akan meningkatkan produksi.

Harga minyak mentah WTI AS dan minyak mentah internasional Brent sama-sama anjlok terburuk sejak 1991.

Terpantau harga minyak mentah WTI AS anjlok 17,83% pada $ 33.92. Sementara harga minyak mentah Brent anjlok 18,71% pada $ 36.80.

Pada hari Sabtu, Arab Saudi mengumumkan diskon besar-besaran terhadap harga jual resmi untuk April, dan negara itu dilaporkan bersiap untuk meningkatkan produksinya di atas angka 10 juta barel per hari, menurut laporan Reuters. Kerajaan saat ini memompa 9,7 juta barel per hari, tetapi memiliki kapasitas untuk meningkatkan hingga 12,5 juta barel per hari.

Pemotongan harga Arab Saudi menyusul kegagalan pembicaraan di Wina pekan lalu. Pada hari Kamis, OPEC merekomendasikan pengurangan produksi tambahan 1,5 juta barel per hari mulai bulan April dan berlanjut hingga akhir tahun. Tetapi sekutu OPEC Rusia menolak pemotongan tambahan ketika kartel beranggotakan 14 negara dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +, bertemu pada hari Jumat.

Pertemuan itu juga menyimpulkan tanpa arahan tentang pemotongan produksi yang saat ini ada tetapi ditetapkan akan berakhir pada akhir bulan. Ini secara efektif berarti bahwa negara-negara akan segera memiliki kendali bebas atas berapa banyak mereka memproduksi.

“Mulai 1 April kami mulai bekerja tanpa mempedulikan kuota atau pengurangan yang sudah ada sebelumnya,” Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan kepada wartawan Jumat pada pertemuan OPEC + di Wina, sepert yang dilansir CNBC.

Harga minyak telah bergerak turun tajam tahun ini karena wabah coronavirus telah menyebabkan permintaan minyak mentah yang lebih lemah. Kelebihan pasokan potensial dapat menekan harga lebih lanjut.

Berlangsungnya peristiwa ini mengingatkan pada 2014 ketika Arab Saudi, Rusia, dan AS bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar di industri minyak. Ketika produksi meningkat, harga anjlok. Beberapa melihat harga kembali ke posisi terendah itu.

Jika kekhawatiran perang harga Arab Saudi dan Rusia ini terus berlanjut, maka akan semakin menekan harga minyak dan menekan bursa global, yang akibatnya semakin memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi yang sudah tertekan akibat wabah virus Corona.

Wabah virus Corona masih berlangsung, akankah anjloknya harga minyak mentah juga akan terus berlangsung?

Diperkirakan merosotnya harga minyak merupakan sentimen bearish sementara, karena justru bisa terjadi aksi bargain hunting memanfaatkan harga minyak yang anjlok, sehingga kesempatan untuk memperoleh barel minyak lebih banyak.

Demikian juga dengan tergabungnya Arab Saudi dan Rusia dalam sekutu OPEC+, maka kemungkinan kedua negara akan kembali bertemu dan membicarakan langkah terbaik untuk membuat harga minyak kembali stabil.

Kita nantikan perkembangan selanjutnya.

Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here