Pasar Khawatir Dampak Ekonomi Covid-19; Indikasi Rebound? — Market Outlook by Daniel Sumbayak, 23-27 March 2020

1500

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu terus didominasi ketakutan investor atas penyebaran cepat pandemi Covid-19 dan dampaknya pada penurunan ekonomi global, dengan jumlah korban wabah virus yang terus meningkat di berbagai negara. Berita resmi terakhirnya sekitar 11,400 orang sudah meninggal dan 276 ribu orang terinfeksi di dunia, dan menyebar ke 185 negara. Pasar saham dunia bergejolak, tergerus tajam dengan volatilitas tinggi. Investor global masih cenderung memilih likuiditas yang lanjut menguatkan US dollar dan menekan lagi harga emas dunia, namun di akhir pekan ada indikasi pembalikan pasar.

Minggu berikutnya, isyu pandemi Covid-19 masih akan terus mewarnai pergerakan pasar, dengan kekhawatiran atas penurunan ekonomi global. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 23-27 March 2020.

 

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau melemah tajam searah dengan bursa dunia dengan sempat beberapa kali dihentikan perdagangannya (trading halt), namun di hari terakhir rebound dari -4% berakhir ke +2%. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya melemah tajam dalam kekhawatiran atas penyebaran wabah Covid-19, tetapi di akhir pekan banyak yang rebound kuat. Secara mingguan IHSG ditutup melemah tajam 14.52% ke level 4,194.944, posisi terendahnya sejak September 2015. Untuk minggu berikutnya (23-27 Maret 2020), IHSG kemungkinan berpeluang rebound pendek dari tekanan oversold dalamnya namun masih dibayangi kuat oleh sentimen negatif. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 4937 dan kemudian 5364, sedangkan support level di posisi 3918 dan kemudian 3837.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau tertekan tajam oleh keluarnya dana asing, sementara dollar global terus melaju, sehingga rupiah secara mingguan melemah signifikan 7.82% ke level Rp 15,925, ke level terendahnya sejak Juni 1998. Pada akhir minggu sempat berupaya bangkit, setelah BI memangkas BI 7-DRRR 25 bps ke 4.50% dan mengeluarkan langkah stimulus. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan masih menanjak, atau bias negatif bagi rupiah dengan kemungkinan ada rebound singkat, dalam range antara resistance di level Rp16,225 dan Rp16,950, sementara support di level Rp15,097 dan Rp14,610.

Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:

  • Dari kawasan Amerika: berupa rilis data Flash Manufacturing PMI pada Selasa malam; disambung dengan rilis Durable Goods Orders m/m pada Rabu malam; berikutnya data Unemployment Claims dan Final GDP q/q pada Jumat malam.
  • Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data German Flash Manufacturing PMI dan Flash Manufacturing PMI Inggris pada Selasa sore; diikuti dengan rilis MPC Official Bank Rate Votes dan BOE Official Bank Rate pada Kamis sore yang diperkirakan bertahan di level 0.10% setelah pemangkasan sebelumnya.
  • Dari kawasan Asia Australia: tidak ada rilis berita ekonomi yang penting.

 

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum perkasa membukukan minggu terbaiknya sejak masa krisis finansial 2008 ditopang oleh kuatnya permintaan dollar sebagai likuiditas investor, namun di hari terakhir terkoreksi signifikan, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir masih menguat tajam ke 101.95. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah tajam ke 1.0695. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1238 dan kemudian 1.1494, sementara support pada 1.0638 dan 1.0571.

Pound sterling minggu lalu terlihat melemah tajam ke level 1.1643 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2978 dan kemudian 1.3201, sedangkan support pada 1.1466 dan 1.1414. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 110.82.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 111.50 dan 112.22, serta support pada 106.76 serta level 105.14. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah tajam ke level 0.5799. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6328 dan 0.6686, sementara support level di 0.5507 dan 0.5228.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum masih melemah tajam oleh kekhawatiran investor atas dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian. Pada akhir minggu sejumlah bursa bangkit melejit, dipimpin bursa Korsel yang menguat 7% lebih. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah ke level 16,552. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 18184 dan 19970, sementara support pada level 16358 dan 16111. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 22,805. Minggu ini akan berada antara level resistance di 24184 dan 25561, sementara support di 21139 dan 20304.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau tergerus tajam oleh ketakutan investor atas dampak besar Covid-19 terhadap perekonomian, dengan Dow Jones membukukan loss mingguan terbesarnya sejak krisis tahun 2008. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah tajam ke level 19,173.98, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 21768 dan 23190, sementara support di level 18917 dan 18806. Index S&P 500 minggu lalu melemah ke level 2,304.92, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2563 dan 2711, sementara support pada level 2280 dan 2233.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau lanjut terkoreksi oleh investor yang cenderung memilih cash untuk mengatasi margin call di portfolio investasi lainnya, walaupun di hari terakhirnya beranjak naik sebagai safe haven, sehingga harga emas spot melemah 1,97% ke level $1,498.70 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1598 dan berikut $1650, serta support pada $1451 dan $1445.

 

Dinamika harga instrumen investasi ternyata bergerak begitu aktif, bahkan selama 24 jam dalam 5 sampai 6 hari perdagangan. Buat banyak investor retail lokal tidak mungkin untuk terus memantau pergerakan harga secara non-stop. Dalam situasi seperti ini, akan terasa manfaat dari online trading system. Inilah sistem investasi di mana kita dapat pasang order terlebih dahulu, bahkan dengan programming yang telah ditentukan sebelumnya. Begitu banyak metode dan teknik untuk trading profit. Kalau Anda mau belajar lebih jauh, ikuti terus Vibiznews.com. Semua serba investasi ada di situ. Mari, terus maju bersama Vibiznews.com untuk keuntungan investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here