(Vibiznews – Commodity) Harga minyak benchmark AS sempat naik melewati $43 pada hari Selasa kemarin didukung oleh melemahnya dolar AS secara luas, sebelum akhirnya turun kembali ke $43 oleh karena keluarnya data ISM PMI manufaktur AS yang lebih baik daripada yang diperkirakan.
ISM mengatakan bahwa indeks manufaktur AS menunjukkan angka 56% di bulan Agustus, naik dari angka 54.2% di bulan Juli. Data ini juga mengatasi dari yang diperkirakan oleh para ekonom di 54.6%. Menurut laporan dari ISM tersebut, angka ini adalah angka yang tertinggi sejak bulan November 2018.
Kenaikan harga minyak melewati $43 sebelumnya disebabkan oleh melemahnya dolar AS secara luas. Indeks dolar AS turun ke kerendahan selama 28 bulan menuju 91.99 meskipun Indeks Bisnis Manufaktur dari Fed Dallas bertumbuh dari – 3 menjadi + 11 pada bulan Agustus.
Sebellumnya kenaikan harga minyak mentah AS didorong juga oleh faktor selain melemahnya dolar AS.
Berita gembira yang baru bagi para investor datang dari Astra Zeneca yang berbasis di Inggris, sedang mau meluncurkan uji coba yang kuat atas 50.000 kandidat vaksin coronavirus di AS. Proyek ini dianggap sebagai salah satu yang paling maju di dunia dan harapan akan selesainya krisis membuat optimisme pasar meningkat dan sentimen “risk-on” muncul yang mengirim naik harga saham dan minyak yang beresiko.
Laporan mengenai meningkatnya manufaktur iPhones dari Apple dan data PMI manufaktur Cina juga mendorong naik sentimen pasar yang positip.
Di benua Eropa, PMI manufaktur muncul di 51.7, sesuai dengan yang diperkirakan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang moderat di bulan Agustus dimana angka awalnya di 49, yang menunjukan kontraksi.
Kenaikan lebih lanjut kemungkinan tertahan dengan “resistance” yang solid di $44.18, setelah sebelumnya harus melewati $43.85 dan sebelumnya lagi $43.50. Sedangkan penurunannya akan berhadapan dengan “support” terdekat di $43.00 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $42.80 dan kemudian $42.47.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido



