Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (15 Januari); Inflasi Januari Diperkirakan 1,68% (yoy)

617
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (15/1).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A)Perkembangan Nilai Tukar 11-15 Januari 2021

Pada akhir hari Kamis, 14 Januari 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid)050 per dolar AS.
  2. YieldSBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,17%.
  3. DXY menguat ke level 90,24.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,129%.

Pada pagi hari Jumat,15 Januari 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.025 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun turun ke 6,15%.

Aliran Modal Asing (Minggu II Januari 2021)

  1. Premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun naik ke 71,59 bps per 14 Januari 2021 dari 67,29 bps per 8 Januari 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 11-14 Januari 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp4,77 triliun, dengan beli neto di pasar saham sebesar Rp7,86 triliun dan jual neto di pasar SBN sebesar Rp3,09 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto sebesar Rp8,55 triliun.

 

B)Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Januari 2021, perkembangan harga pada bulan Januari 2021 diperkirakan inflasi sebesar 0,38% (mtm).  Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2021 secara tahun kalender sebesar 0,38% (ytd) dan secara tahunan sebesar 1,68% (yoy).
  2. Penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit sebesar 0,09% (mtm), tempe, tahu mentah, dan cabai merah masing-masing sebesar 0,03% (mtm), emas perhiasan dan tarif angkutan antarkota masing-masing sebesar 0,02% (mtm), daging ayam ras, ikan kembung, ikan tongkol, kacang panjang dan nasi dengan lauk masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,04% (mtm) dan bawang merah sebesar -0,01% (mtm).

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (15/1).

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here