Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (29 Januari); Rupiah Bergerak Stabil

457
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (29/1).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A)Perkembangan Nilai Tukar 25 – 29 Januari 2021

Pada akhir hari Kamis, 28 Januari 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.050 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,21%.
  3. DXY menguat ke level 90,46.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun  ke level 1,045%

Pada pagi hari Jumat, 29 Januari 2021

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.035 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun naik ke level 6,22%.

Aliran Modal Asing (Minggu IV Januari 2021)

  1. Premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun naik ke 73,80 bps per 28 Januari 2021 dari 72,24 bps per 22 Januari 2021.
  2. Berdasarkan data transaksi 25-28 Januari 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp0,75 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp0,20 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp0,55 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto sebesar Rp22,14 triliun.

 

B)Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Januari 2021, perkembangan harga pada bulan Januari 2021 diperkirakan inflasi sebesar 0,34% (mtm).  Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Januari 2021 secara tahun kalender sebesar 0,34% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,64% (yoy).

Penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit sebesar 0,10% (mtnm), tempe dan tahu masing-masing sebesar 0,03% (mtm), tarif angkutan antarkota sebesar 0,02% (mtm), kangkung, bayam, daging sapi, daging ayam ras, kacang panjang, cabai merah, ikan kembung, emas perhiasan, nasi dengan lauk dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,06% (mtm) dan bawang merah sebesar -0,02% (mtm).

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (29/1).

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here