(Vibiznews – Commodity) – Setelah mencapai rekor harga tertinggi pada hari Kamis, harga minyak sawit pada penutupan pasar hari Jumat kembali turun, karena mengikuti penurunan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade sehingga seminggu ini harganya naik 1.3%, kenaikan minggu ke dua berturut-turut.
Harga minyak sawit Desember pada penutupan pasar hari Jumat 01 September turun 98 ringgit atau 2.1 % menjadi 4,497 ringgit ($1,076.35) per ton.
Harga minyak sawit naik ke harga tertinggi di 1980 di 4,597 ringgit perton pada hari Kamis, sehingga pada bulan September harga minyak sawit naik 8 %.
Kenaikan harga minyak sawit terjadi karena :
Ekspor minyak sawit September naik 40% dibanding bulan lalu, menurut Intertek Testing Services.
Ekspor Minyak sawit Malaysia naik 43.2% di Bulan September dari bulan sebelumnya sesuai dengan data dari Surveyor Societe Generale de Surveillance.
Southern Peninsula Palm Oil Millers’ Association memperkirakan produksi Malaysia di 1-20 September turun 4.5% dari bulan Agustus.
Pajak ekspor untuk CPO Malaysia tetap 8 % menurut the Malaysian Palm Oil Board dengan harga referensi sebesar 4,472.46 ringgit ($1,068.18) per ton untuk bulan Oktober naik dari 4,255.52 ringgit di bulan September.
Selama seminggu ini harga minyak sawit naik 1.3%.
Namun harga yang tinggi tidak bertahan harga minyak sawit turun karena turunnya harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) setelah laporan persediaan dari the US Department of Agriculture. Di Amerika Serikat panen kedelai sudah selesai sehingga persediaan kedelai meningkat di luar perkiraan. Harga minyak kedelai di CBOT turun 1.1%
Harga minyak mentah turun dibawah $78 perbarel karena kemungkinan OPEC ditambah produsen minyak mentah merencanakan akan meningkatkan output untuk mengurangi kekhawatiran akan turunnya persediaan, tapi harga minyak mentah masih di harga tertinggi tiga minggu pada minggu ini.
Import minyak sawit India
Impor minyak sawit India naik di bulan September menjadi dua kali lipat mencapai rekor 1.4 juta ton, kenaikan pembelian minyak sawit olahan menjelang festival dan memanfaatkan turunnya pajak impor.
Impor India untuk minyak nabati di Bulan September naik 72% dari tahun lalu mencapai rekor 1.8 juta ton, termasuk 400,000 ton minyak sawit olahan.
Impor meningkat setelah pemerintah menurunkan pajak impor dan permintaan yang naik pada saat festival.
India melarang impor minyak sawit olahan namun mengurangi pajak impor untuk minyak sawit, minyak kedelai dan minyak bunga matahari pada bulan ini untuk mengurangi harga yang tinggi di dalam negeri.
Permintaan akan konsumsi minyak nabati biasanya akan naik pada pertengahan Desember dengan dimulainya musim perkawinan seperti festifal Dhanteras dan Diwali.
Produsen minyak sawit terbesar Indonesia memberikan diskon besar kepada India pada bulan September seperti juga yang ditawarkan dengan diskon oleh Malaysia .
Di pasar minyak nabati India terjadi peningkatan penggunaan dari minyak kedelai sejak Oktober karena mendapatkan minyak kedelai yang baru karena panen kedelai sedang berlangsung . Tahun ini hujan turun sehingga menunda panen kedelai, sementara permintaan untuk soymeal berkurang dan harganya murah.
New Delhi dalam bulan Agustus mengijinkan impor 1.2 juta ton genetically modified (GM) soymeal untuk pertama kalinya untuk membantu industri peternakan unggas setelah harga soymeal naik 3 kali lipat.
Impor bunga matahari India di bulan September naik 154% dari tahun lalu menjadi 170 juta ton sementara impor minyak kedelai turun 250,000 ton dari 316,232 ton pada tahun lalu.
India akan mengimpor 1.2 sampai 1.3 juta ton minyak nabati pada bulan Oktober dan bulan Nopember 1 – 1.1 juta ton. Permintaan akan meningkat dari hotel, restoran karena orang sudah keluar akibat turunnya penularan virus covid.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 4,470, berikut ke 4,200 sedangkan resistant pertama di 4,620 ringgit dan berikut ke 4,740 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido