Inflasi IHK Oktober 2021 Tercatat Rendah

565
Sumber: Bank Indonesia

(Vibiznews – Economy & Business) – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2021 mengalami inflasi 0,12% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi 0,04% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices, di tengah penurunan inflasi kelompok inti. Secara tahunan, inflasi IHK Oktober 2021 tercatat 1,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,60% (yoy).

Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi 2021 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0% ± 1%.

Kelompok inti pada Oktober 2021 mencatat inflasi 0,07% (mtm), menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,13% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, penurunan inflasi inti terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya penurunan harga komoditas emas perhiasan seiring pergerakan harga emas global. Secara tahunan, inflasi inti Oktober 2021 tercatat sebesar 1,33% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,30% (yoy). Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari pengaruh permintaan domestik yang belum kuat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.

Kelompok volatile food mengalami inflasi 0,07% (mtm) pada Oktober 2021, setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 0,88% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga cabai merah dan minyak goreng seiring berlalunya musim panen dan berlanjutnya kenaikan harga crude palm oil (CPO) global. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 3,16% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,51% (yoy).

Kelompok administered prices pada Oktober 2021 mencatat inflasi 0,33% (mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan rokok kretek filter akibat mobilitas udara yang membaik sejalan dengan pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas dan berlanjutnya dampak kenaikan cukai tembakau. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 1,47% (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,99% (yoy).

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here