(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit pada penutupan pasar hari Rabu melanjutkan kenaikan pada sesi siang setelah melemahnya kurs ringgit dan kekhawatiran turunnya produksi dan membaiknya ekspor.
Harga minyak sawit Februari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Selasa 16 Nopember ditutup naik 104 ringgit atau 2.17% menjadi 4,892 ringgit ($1.171.) perton.
Hasil minyak sawit Malaysia diperkirakan akan turun karena hasil perkebunan akan turun selama musim hujan. The Southern Peninsula Palm Oil Millers Association (SPPOMA) pada hari Selasa memperkirakan penurunan produksi dari 1 – 15 Nopember sebesar 6.3% dari bulan lalu pada periode yang sama. Pola penurunan dari produksi terlihat sampai kuartal pertama 2022. Pergerakan harga diperkirakan masih akan naik karena secara analisa fundamental semua mendukung, karena pasar melihat akan perkembangan yang terjadi di perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia.
Penurunan produksi terjadi selain hujan yang turun dan dapat menyebabkan banjir karena musim La Nina sudah berlangsung, juga karena kekurangan pekerja yang belum mendapatkan solusi di Malaysia.
Ekspor minyak sawit Malaysia selama 1 – 15 Nopember naik antara 10% sampai 29% dari bulan lalu, menurut data dari Cargo Surveyors pada hari Senin.
Kurs ringgit melemah 0.3% terhadap dolar membuat harga minyak sawit murah bagi pembeli di luar Malaysia.
Harga minyak kedelai di Bursa Dalian naik 0.5% sementara harga minyak sawit naik 1.2%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0.9%.
Analisa tehnikal untuk sawit dengan support pertama 4,700 ringgit kemudian ke 4,540 ringgit sedangkan resistant pertama berada di 4,920 ringgit kemudian ke 4,950 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting