Rekomendasi Minyak Mingguan 18 – 22 April 2022: Kenaikan Akan Berlanjut?

708
harga minyak

(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $97.56, harga minyak mentah berhasil naik ke $105.99 pada akhir minggu, meskipun IEA berjanji akan menambah supply minyak mentah dengan melepaskan cadangan minyak strategis mereka sebanyak 60 juta berel untuk dua bulan ke depan, menyusul rencana Amerika Serikat yang juga akan melepaskan cadangan minyak strategisnya sebanyak 180 juta barel selama enam bulan ke depan.

Kenaikan harga minyak mentah WTI ini disebabkan pasar lebih mengkuatirkan berkurangnya supply minyak mentah akibat disrupsi yang signifikan terhadap ekspor Rusia sebagai akibat dari mulai berjalannya sanksi terhadap Rusia karena penyerbuannya ke Ukraina.

Pada hari Senin, harga minyak mentah WTI tertekan turun ke sekitar $95.45 di tengah bertambahnya supply minyak mentah WTI oleh International Economic Agency (IEA) dan berkurangnya permintaan akan minyak mentah karena kondisi lockdown yang ketat dari pemerintah Cina.

Untuk menstabilkan harga minyak mentah, IEA telah berjanji untuk menambah 60 juta barel minyak ke supply global dari persediaan strategis minyak mereka untuk dua bulan ke depan. Ini menambah kekuatan dari akan dirilisnya 180 juta barel dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) AS.

Dari sisi permintaan minyak mentah, restriksi yang ketat dari pemerintah Cina karena meningkatnya kasus Covid – 19 di Cina telah meningkatkan ekspektasi berkurangnya permintaan minyak mentah dunia sehubungan dengan Cina merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia.

Sementara itu terus menguatnya indeks dollar AS karena ekspektasi keluarnya angka inflasi yang naik lebih tinggi pada hari Selasa ikut menekan harga minyak mentah WTI.

Memulai minggu yang baru pada minggu lalu di 99.892, indeks dolar AS mengalami kenaikan pada hari Senin dengan naiknya yields obligasi treasury AS. Pada hari Rabu, dolar AS mendapatkan keuntungan dari para pembicara the Fed yang hawkish di tengah lingkungan yang enggan terhadap resiko. Pada hari Kamis, indeks dollar AS pada awalnya mengalami penurunan karena membaiknya minat terhadap resiko dari para investor. Indeks dollar AS turun ke dekat 99.600, melemah hampir 1% dari ketinggian sebelumnya di 100.520. Namun pada jam perdagangan sesi AS, dollar AS berbalik menguat karena nada ECB yang dovish dan karena naiknya yields treasury AS. Indeks dolar AS mengakhiri minggu ini dengan berada di level di atas 100 di 100.303.

Pada hari Selasa, harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex berhasil naik mencapai $100 per barel ke sekitar $100.28 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan laporan-laporan yang mengatakan bahwa Rusia sedang menyiapkan untuk meningkatkan agresi militernya di Ukraina Timur.

Amerika Serikat sekarang memperingatkan bahwa perang Rusia – Ukraina akan menjadi lebih lama dan memakan korban penumpahan darah yang lebih banyak. Laporan – laporan mengatakan bahwa negara – negara Eropa sekarang lebih fokus untuk mempersenjatai orang-orang Ukraina daripada menambah sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Namun kenaikan harga minyak mentah WTI ini dibayangi dengan tekanan turun sehubungan dengan restriksi yang ketat dari pemerintah Cina karena meningkatnya kasus Covid – 19 di Cina, telah meningkatkan ekspektasi berkurangnya permintaan minyak mentah dunia sehubungan dengan Cina merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia.

Pandemik Covid terus meningkat di Cina. Semua penduduk di Shanghai berada dalam lockdown yang strict dan ditinggalkan tanpa makanan atau obat-obatan, yang mengakibatkan terjadinya protes dan keresahan publik. Shanghai adalah kota yang paling populis di Cina yang memberikan kontribusi 3.5% terhadap GDP Cina. Diperkirakan lebih dari 70 kota dari 100 kota terbesar di Cina juga mengalami lockdown yang serupa. “Panic buying” melanda kota-kota di Cina termasuk di Guangzhou.

Pada hari Rabu, harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex melanjutkan kenaikannya ke sekitar $102.53 per barel dengan berita bahwa pemerintah Cina telah mengangkat sebagian restriksi lockdown-nya di kota Shanghai.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex bertahan di ketinggian sekitar $102.85 per barel pada hari Kamis. Meskipun terjadi kenaikan besar di dalam inventori minyak mentah AS, harga minyak mentah WTI tetap melanjutkan kenaikannya karena ekspektasi meningkatnya defisit supply minyak mentah global. Sebelum sedikit terkoreksi secara normal, harga minyak mentah WTI sempat naik ke ketinggian di $104.27.

Ada kekuatiran penurunan dari sisi permintaan dengan International Energy Agency (IEA) menurunkan perkiraan mengenai permintaan minyak mentah untuk tahun 2022 karena melemahnya permintaan dari Cina di tengah lockdown akibat meningkatnya kasus Covid – 19.

Ada juga kekuatiran dari sisi persediaan dimana dalam Oil Market Report bulanannya, IEA menyebutkan bahwa produksi dan ekspor Rusia terus turun setelah penyerbuan Rusia ke Ukraina. Sebegitu jauh produksi minyak mentah Rusia berkurang 0.7 juta barel per hari dan diperkirakan akan meningkat berkurangnya menjadi 1,5 juta barel per hari sampai akhir bulan dengan semakin berkurangnya para pembeli. Sementara OPEC+ hanya berhasil menambah 10% dari kenaikan supply yang mereka janjikan bersama.

Pada hari Jumat, harga minyak mentah WTI melanjutkan kenaikannya ke $105.99 dengan kekuatiran pasar akan terjadinya disrupsi yang signifikan terhadap ekspor Rusia sebagai akibat dari mulai berjalannya sanksi terhadap Rusia karena penyerbuannya ke Ukraina.

Minggu ini harga minyak mentah WTI kemungkinan masih berpeluang melanjutkan kenaikannya dengan meningkatnya kembali ketegangan geopolitik di dalam perang Rusia – Ukraina dimana Rusia diberitakan sedang mempersiapkan serbuan besar – besaran ke Ukraina Timur.

Eskalasi ketegangan lebih lanjut di geopolitik Eropa Timur pada minggu ini adalah ancaman Rusia untuk menurunkan senjata nuklirnya dan misil hipersoniknya apabila Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO. Ancaman Rusia ini datang sehari setelah Joe Biden mengumumkan bahwa Amerika Serikat sedang memberikan kepada Ukraina tambahan persenjataan, termasuk arteleri berat senilai $800 juta.

Seperti pada minggu lalu dimana kenaikan harga minyak mentah WTI ini disebabkan pasar lebih mengkuatirkan berkurangnya supply minyak mentah akibat disrupsi yang signifikan terhadap ekspor Rusia sebagai akibat dari mulai berjalannya sanksi terhadap Rusia karena penyerbuannya ke Ukraina, demikian juga pada minggu ini eskalasi ketegangan geopolitik di Eropa Timur akan bisa mendorong harga minyak mentah WTI melanjutkan kenaikannya.

Dengan daya tarik safe – haven kembali muncul di tengah ketegangan geopolitik yang signifikan, hal yang bisa membatasi kenaikan harga minyak mentah WTI saat ini adalah dollar AS. Indeks dollar AS naik menembus level psikologis kunci di 100 pada hari Kamis minggu lalu. USD dipandang sebagai yang paling aman. Investor mencari keamaan di tengah kekacauan dan ketidakpastian yang terjadi di pasar. Tekanan dari menguatnya dollar AS yang baru ini bisa menahan kenaikan harga minyak mentah WTI.

Ada kepercayaan bahwa dollar AS akan berhenti naik di level 100. Namun saat ini kita melihat momentum bullish dollar AS berlanjut terus. Dalam jangka pendek dollar AS bisa naik lebih tinggi lagi.

Selain faktor safe – haven, naiknya yields treasury AS juga mendorong naik dollar AS. Yields obligasi treasury AS benchmark 10 tahun berada pada level yang tertinggi dalam lebih dari 3 tahun di 2.62%, naik lebih dari 2% per hari.

“Support” terdekat menunggu di $105.03 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $102.14 dan kemudian $101.72  “Resistance” yang terdekat menunggu di $106.21 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $106.91 dan kemudian $108.75.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Reseach Vibiz Consulting

Editor: Asido.