(Vibiznews – Technology) – Di tengah tantangan pandemi, kenaikan harga komoditas, dan pemulihan keuangan global yang masih belum pasti, belum lagi risiko akibat situasi geopolitik, transformasi menuju teknologi digital perlu terus dilakukan. Hal ini diperlukan untuk memastikan masyarakat, terutama yang paling rentan dan kelompok yang kurang terlayani, masih dapat terus bekerja dengan cara yang sangat produktif dan membantu mendorong upaya pemulihan ekonomi.
“Beruntung, kemajuan teknologi dan informasi telah mendukung upaya kami untuk mencapai target inklusi keuangan. Digitalisasi, kecerdasan buatan, dan analisis data besar, hanyalah sebagian kecil dari apa yang telah dimanfaatkan di seluruh dunia untuk secara khusus mendorong kemajuan inklusi keuangan, khususnya untuk perempuan, pemuda dan UMKM,” jelas Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam seminar internasional bertajuk Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, and MSMEs to Promote Inclusive Growth yang digelar secara hybrid di Bali (11/05).
Bagi UMKM, pemanfaatan digitalisasi melalui financial technology (fintech) perlu terus didorong dengan cara membantu mereka menemukan opsi pembiayaan yang lebih efisien dan mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi penyebaran virus dan menjaga keselamatan. Fintech memungkinkan masyarakat untuk melakukan transaksi, membeli, menjual, dan mengonsumsi, dengan kontak fisik yang minimal, dengan menggunakan pembayaran kode QR.
Sementara itu, bagi perempuan, tantangan utama dalam pemanfaatan digitalisasi berasal dari rendahnya keterampilan literasi digital dan rendahnya literasi keuangan, terutama yang bekerja di sektor informal.
“Tanpa literasi dan edukasi keuangan, akan sulit untuk membuka rekening, kemudian mengaitkannya atau memberikan implikasi lain atau manfaat positif lainnya bagi mereka. Itulah mengapa penting untuk meningkatkan literasi digital dan keuangan bagi perempuan untuk membantu mereka mendapatkan akses ke sistem keuangan berbasis digital,” tambah Menkeu.
Pengusaha wanita dengan tingkat literasi keuangan yang baik dapat mengelola keuangan pribadi atau rumah tangganya dengan lebih baik dan menuai manfaat dari produk keuangan untuk mengembangkan bisnis dan membangun masa depan yang aman secara finansial sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sementara bagi pemuda, diperlukan dorongan untuk meningkatkan akses kelompok ini ke layanan keuangan formal yang memungkinkan mereka berinvestasi dalam pendidikan mereka untuk meningkatkan kemampuan kerja dan perspektif profesional di masa depan. Akses ke layanan keuangan formal juga memungkinkan kaum muda untuk mendapatkan otonomi dalam masyarakat dan menjadi aktor sosial-ekonomi yang aktif di negara mereka. Selain itu, mengakses layanan dan produk keuangan memberikan kesempatan kepada mereka untuk membangun inisiatif kewirausahaan dan memberikan kontribusi pada penciptaan lapangan kerja.
Selain mendorong pemanfaatan fintech, perlu diperhatikan risiko yang timbul dari transaksi digital sehingga pengawasan terhadap sektor jasa keuangan digital juga diperlukan untuk melindungi konsumen. Banyak jasa keuangan yang menawarkan akses keuangan tetapi kemudian menjadi masalah bagi banyak orang yang meminjam uang dengan tingkat bunga yang berlebihan dan tinggi (pinjaman online) sehinga banyak orang tidak mampu untuk membayarnya kembali.
“Teknologi mengubah sistem keuangan. Oleh karena itu, kita sebagai pembuat kebijakan perlu memastikan bahwa perubahan ini aman dan inklusif serta tidak ada yang tertinggal, “ tegas Menkeu.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting