Ekspor Juni Meningkat Signifikan

625
Ekspor Indonesia
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Economy & Business) – Ekspor Indonesia pada bulan Juni mencapai angka USD26,09 miliar. Ini meningkat signifikan dibanding ekspor bulan Mei 2022 sebesar USD21,51 miliar.

Kinerja ekspor meningkat signifikan terutama didorong oleh kembali naiknya ekspor produk sawit. Hal ini akibat pelarangan ekspor produk sawit dicabut, setelah harga kebutuhan pokok di dalam negeri semakin stabil.

“Peningkatan ekspor diharapkan memberikan dukungan pada pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua dan di tahun 2022 secara umum. Sehingga pemulihan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tetap kuat. Peningkatan ekspor produk sawit ini penting di tengah eskalasi berbagai risiko global akibat perang di Ukraina yang berkepanjangan. Juga berbagai tantangan multidimensional lainnya. Seperti pandemi yang belum sepenuhnya selesai di seluruh dunia,” rilis Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu pada media (17/07).

Pertumbuhan ekspor yang mencapai 40,68% (yoy) terutama didorong oleh kontribusi sektor nonmigas yang tumbuh 41,89% (yoy). Sementara sektor migas tumbuh 23,68% (yoy). Industri pengolahan konsisten sebagai kontributor utama ekspor Indonesia yang mencapai sebesar USD18,27 miliar (70,01% dari total ekspor). Lalu diikuti sektor pertambangan (USD5,93 atau 22,72% dari total ekspor), migas (USD1,53 miliar atau 5,87% dari total ekspor). Dan pertanian (0,36 atau 1,4% dari total ekspor).

Lihat: Konsumsi, Investasi dan Ekspor Menjadi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Di sisi lain, kinerja impor juga menguat didukung oleh impor bahan baku yang menandakan aktivitas ekonomi domestik yang terus membaik. Impor bulan Juni tercatat sebesar USD21,00 miliar (Mei 2022: USD18,60 miliar) atau tumbuh 21,98 % (yoy). Pertumbuhan impor ini terutama didorong oleh sektor migas yang tumbuh 59,84% (yoy), sementara sektor nonmogas tumbuh 16,15% (yoy). Impor bahan baku merupakan impor terbesar yaitu sebesar USD16,23 miliar, kemudian diikuti oleh impor barang modal (USD3,08 miliar) dan barang konsumsi (USD1,7 miliar).

“Pandemi semakin terkendali, sehingga aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat menunjukkan tren peningkatan dan terus membaik. Selain itu, peningkatan impor bahan baku dan barang modal mencerminkan aktivitas sektor industri dalam negeri yang terus beranjak pulih,” lanjut Febrio.

Pemulihan impor terkait aktivitas industri sejalan dengan pergerakan Purchasing Manufacturing Index (PMI) Manufaktur Juni 2022 yang tetap ekspansif. Sementara terjadi perlambatan aktivitas industri yang terjadi di banyak negara.

Menguatnya kedua komponen perdagangan internasional ini mendorong surplus neraca perdagangan bulan Juni sebesar US$5,09 miliar, terutama ditopang oleh sektor nonmigas. Dimana tercatat surplus sebesar US$7,23 miliar, sedangkan sektor migas mengalami defisit sebesar US$2,14 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 26 bulan berturut-turut. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia tahun berjalan tercatat surplus sebesar USD24,88 miliar.

“Kinerja neraca perdagangan menunjukkan bahwa kenaikan ekspor mampu menyerap risiko kenaikan harga komoditas global di sisi impor”, sambung Febrio.

Pemerintah menyadari kinerja yang tetap kuat pada perdagangan internasional Indonesia ini karena dunia sedang dihadapkan pada berbagai risiko global. Yaitu risiko krisis pangan dan energi, tekanan inflasi, dan penurunan kinerja ekonomi Tiongkok.

“Pemerintah akan terus menggunakan APBN sebagai instrumen sentral dalam upaya mitigasi berbagai risiko agar dampaknya tidak sampai ke masyarakat. Misalnya melalui kebijakan subsidi dan perlindungan sosial untuk masyarakat miskin dan rentan. Selain itu, penguatan belanja prioritas, seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur juga terus dilakukan. Hal ini untuk penguatan produktifitas dan peningkatan kapasitas produksi perekonomian nasional,” tutup Febrio.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting