Presiden Jokowi Optimis Ekonomi Indonesia Triwulan III 2022 Tumbuh 5,4% – 6%

580

(Vibiznews – Economy & Business) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya di Forum UOB Economy Outlook Indonesia di tahun 2023 pada hari Kamis (29/09/2022) mengatakan dunia berada dalam ketidak-pastian yang tinggi. Ekonomi yang sulit diprediksi, sulit ditebak, semua masalah ekonomi sulit dihitung.

Keyakinan Jokowi terhadap gejolak ekonomi global diperkuat dengan pertemuan bersama para pemimpin negara. Dimulai dari negara-negara G7 seperti Italia, Perancis dan Jepang, Korea Selatan, hingga Uni Eropa. Lewat diskusi para petinggi negara di forum informal itu, Jokowi menyimpulkan bahwa semua negara memang sedang dalam kondisi sulit.

Persoalan lain dari perekonomian global yakni masih berlanjutnya perang antara Rusia dan Ukraina yang menimbulkan terjadinya krisis energi dan krisis pangan. Perang kedua negara itu bahkan tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.

“Saat bertemu Presiden Zelenskyy 1,5 jam diskusi, dan 2,5 jam diskusi dengan Presiden Putin, kesimpulannya sama. Perang tidak akan berhenti besok, bulan depan, atau tahun depan. Artinya tidak jelas kapan perang berhenti,” ungkap Jokowi. Negara kita perlu endurance yang panjang.

Oleh karena itu beliau berpesan kepada Sri Mulyani agar kalau punya uang di APBN itu dijaga hati-hati mengeluarkannya. Harus produktif dan memunculkan return yang jelas karena hampir semua negara terkontraksi ekonomi.

Krisis ekonomi, krisis financial, krisis energi berimbas kepada semua negara. Sehingga ketidakpastian global terus berlanjut membuat seluruh negara berada dalam posisi yang sulit, sebab perekonomian menjadi sulit diprediksi. Oleh karena itu, Indonesia perlu memiliki ketahanan fiskal yang mampu menjaga stabilitas ekonomi.

Menurut Jokowi, kita patut bersyukur saat ini ekonomi Indonesia masih relatif kuat setelah tertekan pandemi Covid-19. Dan kini dihadapkan gejolak ekonomi global. Hal ini tercermin dari:
• pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga di atas 5 persen;
• realisasi pendapatan negara 1764 triliun, tumbuh 49 persen (yoy);
• penerimaan pajak 1171 triliun, tumbuh 58 persen;
• penerimaan Bea & Cukai 206 triliun, tumbuh 30,5 persen;
• Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 386 triliun, tumbuh 38,9 persen.

Selain itu optimisme konsumen masih tinggi, Index Kepercayaan Konsumen bulan Agustus 124,7, lebih tinggi dari bulan Juli pada 123, artinya ada optimisme.

Kredit tumbuh 10,7 persen,

Neraca Perdagangan Surplus 28 bulan berturut-turut dan untuk bulan Agustus surplus 5,7 Billion USD

PMI Manufaktur 51,7 yang berada di level akseleratif.

Presiden Jokowi menekankan pada kuartal kedua ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen, ini angka tertinggi di negara G20, oleh karena itu harus tetap optimis.

Kuartal ketiga Jokowi perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,4 persen sampai 6 persen.

Jokowi meyakini terjaganya ekonomi domestik hingga saat ini tak lepas dari kebijakan fiskal oleh Kementerian Keuangan. Dan moneter oleh Bank Indonesia yang mampu berkoordinasi dengan baik, sinkron dan konsolidatif. Kedua instrumen kebijakan tersebut menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Meski demikian, kata Jokowi, Indonesia tetap perlu mewaspadai gejolak ekonomi global agar dampaknya tidak signifikan terasa ke dalam negeri. Terlebih, sejumlah lembaga internasional, salah satunya Bank Dunia (World Bank) memproyeksi ekonomi global akan mengalami resesi. “Bu Menteri, kita ini memiliki amunisi, tapi saya minta betul-betul dijaga hati-hati, bijaksana betul dalam menggunakan setiap rupiah yang kita miliki.

Tidak boleh kita berpikir uang itu hanya untuk hari ini atau tahun ini,” kata Jokowi. “Tahun depan seperti apa? Karena semua pengamat internasional menyampaikan tahun depan itu akan lebih gelap. Tapi kalau kita punya persiapan amunisi, ini akan berbeda sehingga betul-betul APBN kita adalah APBN yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting