Kinerja APBN Tetap Positif Hingga Triwulan III 2022

422
Menkeu Sebut Tantangan Bagi Indonesia ke Depan dan Solusinya
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Economy & Business) – Peranan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai shock absorber makin terbukti. Hal itu disampaikan Menteri Keuangan pada jumpa pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) ke IV tahun 2022, pada Kamis (03/11).

”Posisi APBN secara keseluruhan masih dalam posisi surplus anggaran mencapai Rp60,9 triliun (0,33% PDB). Dari sisi Keseimbangan Primer surplus mencapai Rp339,4 triliun. Kinerja yang positif tersebut disumbangkan oleh realisasi Pendapatan Negara dan Hibah yang mencapai Rp1.974,7 triliun atau (87,1% dari target yang tercantum di dalam Perpres 98/2022,” ujar Menteri Keuangan.

Dalam kesempatan itu, Menkeu juga menyampaikan belanja negara hingga triwulan III 2022 telah mencapai Rp1.913,9 trilliun. Atau 61,6% dari total anggaran belanja yang tercantum di dalam perppres 98/2022. Sementara, realisasi pembiayaan APBN mencapai Rp429,8 triliun (51,2% dari target pembiayaan).

“Peranan APBN akan terus ditingkatkan sebagai shock absorber karena berbagai guncangan dari ekonomi global masih akan terus berlangsung dan ini akan dilakukan secara hati-hati dan secara tepat sasaran karena ketidakpastian global masih akan terus berjalan,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menkeu juga menyebutkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III tahun 2022 yang masih tetap sehat dengan kinerja ekspor yang juga diperkirakan masih tetap terjaga kuat.

“Posisi cadangan devisa pada akhir September 2022 juga masih tetap kuat, tercatat pada level yang masih tinggi yaitu USD130,8 miliar. Hal ini setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor,” lanjutnya.

Selain itu, penguatan juga terjadi di sisi nilai tukar rupiah. Terpantau stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya Dolar Amerika Serikat. Indeks nilai tukar Dolar AS terhadap nilai tukar Rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terdepresiasi 8,62% (ytd). Atau masih relatif lebih baik dibandingkan depresiasi berbagai mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.

“Tren depresiasi nilai tukar negara-negara berkembang didorong oleh menguatnya Dolar AS akibat kebijakan policy moneter yang diadopsi Federal Reserve. Ini juga akibat meningkatnya ketidakpastian keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif terutama di AS,” ungkap Menkeu.

Di sisi lain, Menkeu juga menyampaikan upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk melindungi daya beli masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia. Diantaranya melalui langkah-langkah stabilitasi harga dan penebalan perlindungan sosial, mendorong pelaksaaan program PEN, memperkuat dukungan untuk UMKM. Selanjutnya, menjaga ketahanan energi nasional dan ketahanan pangan, pemberian insentif pajak. Serta menjaga pelaksanaan APBN 2022 secara antisipatif dan responsif namun tetap waspada.

“Berbagai upaya untuk menjaga APBN di dalam fungsinya sebagai countercyclical dan shock absorber berjalan optimal. Diseimbangkan dengan upaya untuk menjaga instrumen APBN jangka menengah tetap sustainable dan kredibel,” tukas Menkeu.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting