Penjualan SBR012 Lebih Ramai, Kuota SBR Ditambah

441
Penjualan SBR012 Lebih Ramai
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Pemerintah secara resmi membuka masa penawaran SBN Ritel seri SBR012 pada Kamis (19/1). SBR012 terdiri dari SBR012-T2 dengan tenor dua tahun dan SBR012-T4 dengan tenor empat tahun. Masa penawaran SBR012 akan berlangsung sampai 9 Februari 2023.

Sejak ditawarkan sampai saat ini surat berharga negara (SBN) ritel seri SBR012 yang dijual pertama tahun ini laris manis. Dengan kupon awal 6,15% untuk tenor dua tahun dan 6,35% untuk empat tahun, total penawaran yang masuk hingga Jumat (27/1) telah mencapai Rp 9,87 triliun.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan meningkatkan kuota penawaran SBN Ritel seri SBR012 menjadi Rp 15 triliun. Dari sebelumnya Rp 10 triliun. Keputusan itu diambil dengan melihat antusiasme masyarakat yang tinggi serta periode masa penawaran yang masih panjang.

DJPPR pada Jumat (27/1) mencatat bahwa pemesanan SBR012 sampai pukul 19.30 WIB mencapai Rp 9,87 triliun dengan jumlah investor 35.666 SID (Single Investor Identification). Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan, penawaran seri SBR012-T2 mencapai Rp 7,14 triliun dengan jumlah investor 23.980 SID.

“Sementara, penawaran SBR012-T4 sebesar Rp 2,74 triliun dengan jumlah investor 11.686 SID,” ujar dia dalam siaran pers, Jumat (27/1) malam.

Deni memaparkan, pencapaian tersebut hampir 100% dari target awal penerbitan SBR kali ini, yaitu sebesar Rp 10 triliun. Sehingga, pemerintah pun menambah kuota SBR012-T2 dan SBR012-T4 menjadi sebesar Rp 15 triliun.

Berdasarkan pengalaman penerbitan SBN ritel sebelumnya, banyak investor yang tidak berhasil mendapatkan alokasi karena kuota yang ditawarkan sudah terlanjur habis.

“Calon investor dihimbau untuk segera memanfaatkan kesempatan ini. Sebab, penawaran SBN ritel melalui platform online dilakukan berdasarkan prinsip first come first served, siapa cepat dia dapat,” ungkap Deni.

Direktur Retail Mandiri Sekuritas Theodora Manik mengatakan, penjualan SBR012 lebih ramai dari penjualan seri SBR011. Menurut Theodora, hal itu disebabkan SBR012 yang dinilai investor sangat spesial. SBR012 ditawarkan dalam dua tipe, yaitu SBR012-T2 dan SBR012-T4.

Menurut Theodora, per Selasa (25/1), SBR012 sangat laku terjual melalui Mandiri Online Securities Trading (MOST) Mandiri Sekuritas. Penjualannya jauh melampaui SBR011 untuk periode penjualan yang sama. Dan yang lebih diminati adalah SBR012-T2 dengan tenor dua tahun (Kontan, 30/1/2023)

Apa keistimewaan dari SBR012 ini?

Kupon SBR012-T2 memiliki tenor dua tahun sebesar 6,15% per tahun (BI 7Days Reverse Repo Rate + 65 bps). Sementara, kupon SBR012-T4 dengan tenor empat tahun sebesar 6,35% per tahun (BI 7Days Reverse Repo Rate + 85 bps).

Kupon SBR012 bersifat floating with floor alias mengambang dengan batas minimal. Kupon SBR012 akan ditinjau setiap tiga bulan sekali mempertimbangkan perubahan suku bunga acuan BI tanggal berlakunya kupon baru. Tinjauan kupon akan dilakukan per 11 Mei, 11 Agustus, 11 November dan 11 Februari setiap tahunnya.

“Sehingga, kupon bisa naik bila suku bunga acuan naik, tetapi tidak akan turun bila lebih rendah daripada batas minimal. Itu arti dari floating with floor.”

Menurut Analis Vibiz Research, SBR012 dapat dijadikan alternatif investasi bagi investor yang memiliki risk appetite moderat. Karena SBR012 sesuai untuk rencana menumbuhkan investasi yang moderat dalam jangka waktu menengah. Sebab, dibandingkan dengan suku bunga acuan BI, yaitu BI 7 Days Reverse Repo Rate, suku bunga SBR012 lebih tinggi.
Misalnya:

Per 19 Januari 2023, BI 7 Days Reverse Repo Rate berada level 5,75%. Jika bunga ini tetap sampai dengan bulan Mei 2023, hal ini berarti nanti pada bulan Juni-Agustus 2023, kupon imbal hasil SBR012- T2 menjadi 6,4%. Sedangkan SBR012-T4 akan naik menjadi 6,6%.

Jadi kenaikan suku bunga BI berpengaruh ke minat nasabah membeli SBR. Mereka melihat potensi kenaikan kupon SBR012 dan akan membeli produknya. Karena periode investasi relatif pendek untuk SBR012-T2, hanya 2 tahun sehingga investor lebih fleksibel untuk mengubah investasi jika diperlukan.

Selain itu, proyeksi pasar obligasi 2023 lebih baik dari tahun 2022 dilihat dari melambatnya laju inflasi dan peningkatan suku bunga The Fed.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting