(Vibiznews – Commodity) Harga gandum berjangka di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) pada minggu lalu berakhir turun dengan kemerosotan tajam pada hari Kamis dengan laporan peningkatan produksi global membuat harga gandum secara mingguan menurun.
Harga gandum berjangka pada hari Kamis berakhir merosot tajam tertekan laporan peningkatan produksi global.
World Agricultural Outlook Board (WAOB) dari USDA meningkatkan produksi gandum global sebesar 830 ribu MT menjadi 785,74 MMT. Perdagangan meningkat sebesar 1,15 MMT dengan Ukraina, Australia, dan Argentina mengambil sebagian besar kenaikan tersebut. Impor gandum Tiongkok dipotong sebesar 500 ribu MT dalam pembaruan tersebut. Secara neto, pelaksanaannya 590 ribu MT lebih ketat dibandingkan dengan perkiraan 500 ribu MT.
Kemerosotan tajam pada hari Kamis minggu lalu ditambah penurunan harga gandum pada hari Senin minggu lalu terpicu penurunan ekspor dan penguatan dolar AS, menekan harga gandum secara mingguan.
Kenaikan harga gandum terjadi pada hari Selasa dan Jumat minggu lalu terpicu aksi short covering setelah harga gandum merosot.
Harga gandum pada minggu lalu berakhir turun 0,44% pada $5.9675 per bushel.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk minggu ini, harga jagung akan mencermati prospek peningkatan produksi dan pelemahan dolar AS.
Untuk perkembangan produksi, sentimen perkiraan peningkatan produksi global akan memberikan tekanan.
Namun sentimen penguat harga gandum adalah jika permintaan meningkat dan dolar AS melemah.
Untuk pergerakan dolar AS diperkirakan akan melemah jika data inflasi AS bulan Januari yang dirilis hari Selasa ini, terealisir turun.
Dengan demikian harga gandum diperkirakan akan menghadapi sentimen perkiraan peningkatan produksi menghadapai pelemahan dolar AS. Harga gandum diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $5.88-$5.79. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance $6.06-$6.14.
