Ada Pergeseran Perilaku Belanja Konsumen? Menilik Survei di Amerika dan Indonesia

1504
Survei Konsumen November 2024: Keyakinan Konsumen Meningkat
Sumber: Bank Indonesia

 

(Vibiznews – Economy & Business) – Baru-baru ini, dilansir dari Wall Street Journal 30 Agustus 2024 telah dilakukan survei perilaku pembeli/konsumen yang berkunjung di mal di Amerika. Mal di Amerika masih dikunjungi pembeli yang membeli kebutuhan mereka sehari-hari.

Perilaku konsumen pergi ke Mal di Amerika

Hasil survei menunjukkan para pembeli masih mengunjungi mal, tetapi tidak semua perusahaan retail berhasil menarik perhatian mereka.

Abercrombie & Fitch, Foot Locker, Kohl’s, Nordstrom, dan rantai mal lainnya melaporkan hasil kuartalan yang bervariasi. Hal ini menyebabkan harga saham mereka bergerak ke arah yang berbeda.

Berikut hasil surveinya

Share-Price Performance year to date Jan-Aug 2024
Sumber: Wall Street Journal, 30 Agustus 2024

Harga saham Abercrombie & Fitch turun 17% setelah perusahaan menyatakan bahwa mereka mengharapkan margin operasionalnya menurun pada paruh kedua tahun fiskal. Meskipun demikian, harga saham rantai pakaian ini masih lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan harga setahun lalu.

Perusahaan mengungkapkan bahwa mereka akan tertekan oleh biaya pengiriman yang lebih tinggi. Dan tidak akan terus mendapatkan manfaat dari penurunan biaya kapas yang membantu margin pada kuartal terbaru.

CEO Abercrombie, Fran Horowitz, mengatakan bahwa meskipun perusahaan beroperasi dalam lingkungan yang semakin tidak pasti. Namun mereka tetap disiplin dalam mengelola inventaris dan pengeluaran. Penjualan perusahaan meningkat 21% pada kuartal terbaru.

Harga saham Foot Locker turun 10% setelah kerugian perusahaan melebar pada kuartal terbaru. Pengecer sepatu dan pakaian olahraga ini mencatat kerugian sebesar $12 juta untuk kuartal kedua yang berakhir pada 3 Agustus. Angka kerugian ini meningkat dibandingkan dengan kerugian $5 juta pada periode tahun lalu.

Sementara itu, investor Kohl’s tampaknya puas dengan laba bersih departemen toko tersebut yang lebih baik dari yang diharapkan sebesar $66 juta. Meskipun penjualan menurun pada kuartal tersebut. Para pembeli melakukan transaksi lebih sering tetapi lebih selektif dalam pengeluaran mereka, kata CEO Kohl’s, Tom Kingsbury.

Kohl’s menunjukkan kinerja yang kuat di area utama termasuk makeup Sephora, dekorasi rumah, hadiah, dan pembelian impulsif, ujarnya. Namun demikian, perusahaan menurunkan proyeksi penjualannya untuk tahun ini, sekarang mengharapkan penjualan turun antara 4% dan 6%.

Banyak pembeli di AS yang mencari penawaran, kata para pengecer. Nordstrom mengandalkan merek off-price Nordstrom Rack untuk pertumbuhan, melaporkan pertumbuhan penjualan sebesar 8,8% di toko-toko tersebut. Dan perusahaan mengatakan prioritas mereka termasuk mendorong pertumbuhan tersebut lebih jauh.

Rantai department store mewah ini melaporkan pertumbuhan sebesar 0,9% di bawah merek Nordstrom. Mereka memberikan panduan yang kurang optimis untuk tahun ini, dengan menaikkan batas bawah dari rentang panduan tahunan mereka.

Sementara itu, Bath & Body Works mencatat penurunan penjualan pada kuartal terbaru dan menurunkan proyeksi tahunannya. Mereka mengatakan bahwa pelanggan mereka berbelanja dengan hati-hati dan mencari diskon.

Untuk tahun fiskal 2024, perusahaan kini memperkirakan penjualan akan menurun antara 2% dan 4%. Sebelumnya, mereka memproyeksikan penjualan akan stagnan hingga turun 2,5%.

“Kami mengambil pendekatan hati-hati terhadap proyeksi kami dan menyesuaikan panduan tahunan kami mengingat lingkungan makroekonomi yang lebih tidak stabil. Dan tren penjualan pada paruh pertama tahun ini,” kata CEO Gina Boswell.

Jadi dari hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi pergeseran perilaku konsumen di Amerika, mereka lebih selektif dan berhati-hati dalam membeli. Mereka lebih mencari produk yang diskon.

Sehingga tidak heran terjadi penurunan yang cukup drastis atas penjualan ritel. Sekalipun pakaian casual masih mendominasi keinginan masyarakat Amerika pada umumnya jika dilihat dari peningkatan penjualan hingga 21% pada produk retail Abercrombie.

Lalu bagaimana perilaku konsumen di Indonesia?

Fenomena apa yang sudah terjadi dan seberapa besar pengaruhnya terhadap brand?

Pandemi membuat banyak masyarakat Indonesia gemar melakukan belanja online, selain lebih murah , juga efisien karena dapat dilakukan di rumah tanpa harus pergi keluar. Sehingga jika dilihat lebih sedikit pengunjung yang datang ke mall dibandingkan sebelum pandemi.

Tren baru ke Mall tidak belanja hanya lihat-lihat saja

Jika penulis pergi ke Mall maka menurut pengamatan penulis, umumnya yang berkunjung ke mall adalah masyarakat kelas menengah. Dan terdapat tren baru di mana orang ke mall tidak belanja, hanya melihat-lihat saja.

Sebagian besar hanya melihat-lihat dari etalase toko yang dikenal dengan window-shopping. Mereka hanya melihat model baju atau sepatu kemudian melihat harganya mana yang paling murah dan kemudian pergi begitu saja. Bisa saja akhirnya mereka membeli barang tersebut secara online.

Mengapa hal ini terjadi?

Karena masyarakat kelas menengah di Indonesia tengah menghadapi tekanan daya beli. Mereka makin sering datang ke pusat perbelanjaan, tapi hanya untuk jalan-jalan.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyebut tren ini tengah meningkat di tahun 2024. Menurut dia, konsumen makin pilih-pilih dalam berbelanja untuk mencari harga paling murah.

“Konsumen lebih sering memilih alternatif yang lebih murah, suatu perilaku yang dikenal sebagai downtrading,” kata Andry dalam analisisnya dikutip dari CNBC, Kamis, (25/7/2024).

Andry menyebut kelas menengah sedang mengembangkan perilaku melakukan pembelian dalam jumlah yang lebih sedikit, namun lebih sering.

Mengutip data Mandiri Spending Index, Andry menyebut rata-rata nilai belanjaan dalam keranjang konsumen pada 2024 turun 0,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, jumlah kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan meningkat 3,3% pada 2024.

“Hal ini menunjukan bahwa konsumen lebih memilih untuk berkunjung lebih sering sambil juga menurunkan nilai keranjangnya dengan istilah downtrading,” kata dia.

Downtrading merupakan perilaku konsumen ketika individu atau rumah tangga memilih alternatif yang lebih murah dibandingkan yang mereka beli sebelumnya.
Fenomena ini seringkali disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti tekanan ekonomi, perubahan kondisi keuangan pribadi dan pergeseran preferensi konsumen.

Menggunakan data Mandiri Spending Index (MSI), indeks belanja masyarakat di Juli 2024 mencapai 276,5, meningkat 9,0% dibanding Juni 2024 (MSI = 253,8).
Kenaikan belanja terutama didorong oleh belanja pada periode libur sekolah yang berlangsung selama paruh pertama Juli (Sumber: Laporan Daily Economic and Market Review Bank Mandiri, 13 Agustus 2024).

Berdasarkan Survei Penjualan Retail Bank Indonesia pada bulan Juli 2024 kinerja penjualan eceran meningkat Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2024 yang mencapai 212,0 atau secara tahunan tumbuh 4,3% (yoy). Meningkat dari 2,7% (yoy) pada Juni 2024.

Indeks Penjualan Riil & Pertumbuhan Indeks Penjualan Riil Juli 2024
Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan kelompoknya, meningkatnya penjualan eceran didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau (6,4%, yoy) dan Subkelompok Sandang (1,5%, yoy). Sementara penjualan Suku Cadang dan Aksesori (7,5%, yoy) dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (2,2%, yoy) tercatat tetap tumbuh.

Aktivitas hiburan dan lifestyle berpotensi menjadi salah satu penopang belanja masyarakat ke depan.

Berdasarkan data MSI, proporsi belanja barang-barang kebutuhan sehari-hari masih mendominasi dan trennya terus meningkat, dari 36,7% pada awal 2023 menjadi 47,2% saat ini.

Namun di sisi lain, proporsi belanja terkait hiburan dan lifestyle seperti sport, hobby, entertainment, beauty care, hingga handphone dan elektronik juga terus meningkat, dari 15,8% menjadi 19,6% pada periode yang sama.

Menurut Analis Vibiz Research Center, berdasarkan data-data MSI itu secara sederhana dapat dipahami bahwa ketika pendapatan masyarakat turun, mereka akan tetap mempertahankan konsumsi kebutuhan pokoknya, seperti makanan.

Jika pendapatan menurun, sedangkan konsumsi makanan tetap, maka porsi konsumsi makanan dalam total pengeluarannya akan meningkat.

Sedangkan jika pendapatan masyarakat meningkat, maka pola konsumsi beralih terkait hiburan, dan gadget seperti handphone dan peralatan elektronik untuk mempermudah kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pola konsumen juga disesuaikan dengan liburan sekolah maupun hari besar keagamaan seperti natal dan tahun baru. Keinginan untuk bepergian dan berlibur saat liburan juga meningkat.

Namun, mereka mungkin lebih memilih destinasi lokal atau regional, serta mencari pengalaman yang unik dan aman. Tren staycation dan wisata domestik semakin mendominasi.

Kesimpulannya baik di Amerika maupun di Indonesia masyarakat lebih berhati-hati dalam belanja. Lebih memilih harga yang murah, sesuai dengan kebutuhan dan dana yang dimiliki sehingga tidak heran jika kalaupun ke mall di Indonesia, orang lebih memilih untuk makan dan berekreasi, daripada berbelanja.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting