IHSG Dibuka Menguat 0,57% Melanjutkan Penguatan Hari Sebelumnya

157
IHSG Kamis Ditutup Menguat 0.06%; Indeks Reksa Dana Zona HIjau

 

(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka menguat pada awal perdagangan sesi I Jumat (6/9/2024). Di mana pelaku pasar masih menanti rilis data dari dalam dan luar negeri terutama data tenaga kerja di Amerika Serikat (AS).

Pada pembukaan perdagangan hari ini, mengutip RTI pukul 09.05 WIB, IHSG dibuka menguat 0,57% atau 44,041 poin ke level 7.725,084. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.700.

Tercatat 221 saham naik, 132 saham turun, dan 206 saham stagnan. Total volume perdagangan 9 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 980 miliar.

Sebanyak delapan indeks sectoral mendorong Langkah IHSG di zona hijau pagi ini. Tiga sector dengan kenaikan tertinggi yakni IDX-Finance 1,64%, IDX-Health 0,61%, dan IDX-Basic 0,55%.

Sementara itu, pasar Asia-Pasifik sebagian besar mengalami penurunan hari ini karena investor bersiap menghadapi laporan pekerjaan penting dari Amerika Serikat (AS).  Dan mencerna data pengeluaran rumah tangga dari Jepang.

Menurut Analis Vibiz Research Center, pergerakan IHSG pada hari ini masih akan diwarnai oleh sentimen pasar dari luar negeri. Terutama dari AS terkait data tenaga kerja. Selain itu, sentimen dari dalam negeri yakni terkait rilis data cadangan devisa (cadev) juga akan dicermati oleh pelaku pasar.

Tampaknya, pasar keuangan Indonesia akan ditopang oleh turunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) dan depresiasi dolar AS.

Dua faktor ini akan menjadi pemicu bagi pasar keuangan RI termasuk IHSG. Terutama menghadapi akhir pekan penuh gejolak dan penuh dengan data ekonomi luar negeri.

Sebelumnya, indeks dolar AS jatuh ke 101,107 pada perdagangan kemarin, atau level terendahnya sejak 28 Agustus 2024. Sedangkan yield US Treasury tenor 10 tahun juga melemah ke 3,73%. Atau terendah sejak 28 Juni 2023 atau lebih dari setahun terakhir.

Indeks dolar AS yang melemah menunjukkan jika investor banyak yang tengah menjual dolar AS dan mengalihkan investasi ke instrumen lain. Tentunya dengan harapan masuk ke pasar keuangan RI.

Sedangkan yield  US Treasury yang jatuh juga menjadi kabar baik bagi Indonesia karena ada kemungkinan investor yang mencari profit lebih besar pindah dari AS ke Indonesia. Artinya, harapan inflow lebih besar.

Di lain sisi, pelaku pasar juga berharap bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) perlu memangkas suku bunga untuk menjaga pasar tenaga kerja tetap sehat.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting