(Vibiznews – Commodity) Harga gula di bursa komoditi berjangka New York pada hari Kamis membukukan kerugian moderat setelah harga minyak melemah.
Harga gula berjangka kontrak bulan Oktober ditutup turun 0,47% pada 23,31 sen per pon.
Pelemahan harga gula terjadi setelah minyak mentah WTI AS jatuh lebih dari -3% ke level terendah dalam 2 minggu. Pelemahan minyak mentah melemahkan harga etanol dan dapat mendorong pabrik gula dunia untuk mengalihkan lebih banyak penghancuran tebu ke produksi gula daripada etanol, sehingga meningkatkan pasokan gula.
Harga gula juga turun setelah Asosiasi Produsen Gula dan Bioenergi India (ISM) mengatakan India akan memiliki 2 MMT gula untuk diekspor musim depan dan mendesak pemerintah untuk mencabut pembatasan ekspor gula saat ini.
Harga gula Kamis awalnya bergerak naik, dengan gula NY membukukan level tertinggi dalam 7 bulan. Kondisi kekeringan di Brasil telah mengurangi prospek produksi gula negara itu dan telah mendorong harga gula tajam selama dua minggu terakhir. Jumat lalu, Rabobank memangkas perkiraan produksi gula Brasil 2024/25 menjadi 39,3 MMT dari perkiraan sebelumnya sebesar 40,3 MMT, dengan alasan kekeringan yang berlebihan.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga gula akan mencermati perkembangan cuaca, yang jika terus terjadi cuaca kering, akan menguatkan harga gula. Namun juga dicermati sentimen lainnya seperti harga minyak, yang jika turun, akan dapat menekan harga gula. Harga gula diperkirakan bergerak dalam kisaran Support 23,12-22,94. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance 23,60-23,90.