(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini giliran terkoreksi profit taking, dengan rupiah masuk ke 4 bulan terendahnya.
- Pasar menantikan rilis kebijakan BI Rate dan the Fed pada pekan mendatang ini.
- Sentimen global saat ini sekitar peluang the Fed menurunkan suku bunganya dan prospek selanjutnya yang lebih stabil.
- Capital inflow terjadi seminggu ini, sekitar Rp7,3 triliun.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis neraca perdagangan pada hari Senin, serta pengumuman BI Rate pada Rabu nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 16-20 December 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir terkoreksi dari overbought area-nya ke seminggu terendahnya, oleh aksi profit taking dari investor asing, dipimpin terakhirnya oleh sektor transportasi serta koreksi emiten bank-bank besar. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya fluktuatif dan menguat. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,94%, atau 69,449 poin, ke level 7.324,789. Untuk minggu berikutnya (16-20 December 2024), IHSG kemungkinan akan lebih konsolidatif dan cari peluang rebound berikutnya, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.531 dan 7.617. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.041, dan bila tembus ke level 6.998.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah, tergelincir ke 4 bulan terendahnya, menembus rentang konsolidasi sebulannya, di tengah rally dollar global oleh inflasi PPI Amerika yang masih panas, meskipun terdapat capital inflow pasar SBN. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,44% atau 70 poin ke level Rp 15.990 per USD. Sementara, dollar global rally bertahap ke 2,5 minggu terkuatnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat terkoreksi lalu lebih mendatar, atau kemungkinan rupiah berupaya bangkit dan konsolidatif, dalam range antara resistance di level Rp16.000 dan Rp Rp16.095, sementara support di level 15.829 dan Rp15.739.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau melemah secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik melejit yield obligasi dan berakhir ke level 7,043% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau rebound kuat dalam sepekan.
===
Kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada November 2024. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2024 yang diprakirakan mencapai 211,5 atau tumbuh 1,7% (yoy), lebih tinggi daripada pertumbuhan bulan sebelumnya.
Peningkatan penjualan eceran tersebut terutama didorong oleh Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, dan Subkelompok Sandang.
Berdasarkan data transaksi 9 -12 Desember 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp7,33 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp1,31 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp8,84 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp0,20 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Menjelang akhir tahun 2024, apa yang akan terjadi di pasar investasi? Volume pasar biasanya berkurang karena para trader dan investor global akan berlibur menuju suasana Natal dan Tahun Baru. Namun belum tentu pasar tidak bergerak atau “range-bound” saja. Ada kalanya ini kesempatan bagi sejumlah investor kakap untuk menggerakkan pasar selagi volume agak sepi. Kita lihat saja nanti.
Masih ada peluang berinvestasi bagi Anda di akhir tahun. Tetap sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting