Kredit Pemilikan Rumah di AS: Apakah 2026 Akan Jadi Tahun ‘Refinancing Boom’?

409
KPR

(Vibiznews – Economy) – Laporan terbaru dari Intercontinental Exchange (ICE) Mortgage Monitor Report edisi Agustus 2025. mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR/mortgage) meski hanya sedikit saja, berpotensi memberikan kelegaan bagi jutaan pemilik rumah di Amerika Serikat.

Penurunan tingkat bunga yang relatif moderat dapat membuka peluang baru untuk melakukan refinancing dan meringankan beban cicilan yang selama ini menekan banyak rumah tangga.

Menurut laporan Mortgage Monitor edisi Agustus yang dirilis oleh perusahaan jasa keuangan sekaligus operator bursa Intercontinental Exchange (ICE), jika rata-rata suku bunga KPR 30 tahun tetap dapat turun dari kisaran saat ini sekitar 6,6% menjadi 6,3% pada awal tahun 2026, maka sekitar 3 juta pemilik rumah bisa berada dalam posisi yang memungkinkan untuk melakukan refinancing.

Jumlah tersebut hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan kondisi saat ini. Bahkan, jika bunga berhasil turun ke level 6,125%, jumlah calon debitur yang bisa melakukan refinancing diperkirakan melonjak hingga 4 juta orang.

Tekanan Berat: Rumah Kian Tidak Terjangkau

Selama beberapa tahun terakhir, kepemilikan rumah di AS semakin sulit dijangkau. Kenaikan harga rumah yang konsisten, ditambah dengan lonjakan suku bunga KPR, membuat biaya kepemilikan rumah melonjak drastis.

Bagi banyak keluarga, beban cicilan bulanan menjadi faktor utama yang menggerus daya beli, bahkan membatasi ruang untuk konsumsi maupun tabungan.

Refinancing pada tingkat bunga yang lebih rendah bisa menjadi jalan keluar untuk menurunkan beban biaya tersebut.

Studi ICE menemukan bahwa rata-rata peminjam yang memutuskan melakukan refinancing berhasil menurunkan bunga KPR sebesar 0,85 poin persentase pada kuartal kedua 2025.

Dampaknya signifikan: rata-rata penghematan cicilan bulanan mencapai sekitar USD 240 atau setara lebih dari Rp3,6 juta per bulan. Bagi sebagian besar keluarga, angka ini dapat menjadi perbedaan nyata antara tekanan finansial dan ruang bernapas dalam anggaran bulanan.

Harapan di Tengah Prospek Penurunan Bunga The Fed

Optimisme mengenai kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat semakin menumbuhkan harapan bahwa biaya KPR bisa ikut menurun.

Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed bulan depan telah mendorong sentimen positif, meski banyak pihak menilai proses penurunan suku bunga KPR tidak akan berlangsung secepat yang diharapkan.

Namun, Mortgage Monitor ICE menegaskan bahwa proyeksi penurunan ke kisaran 6,3% pada Januari 2026 adalah skenario paling optimistis dalam enam bulan terakhir, sejak April lalu.

Hal ini mencerminkan meningkatnya keyakinan pasar bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar bisa segera membawa dampak nyata ke pasar kredit pemilikan rumah.

Generasi Muda Menggantungkan Harapan pada Refinancing

Laporan terpisah dari TrueWork, penyedia layanan verifikasi pekerjaan dan pendapatan, menunjukkan bahwa generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, sangat bergantung pada peluang refinancing di masa depan.

Survei 2025 Recent Homebuyer Report menemukan bahwa lebih dari separuh pemilik rumah menganggap refinancing dalam tiga tahun ke depan sebagai hal penting atau sangat penting bagi kesejahteraan finansial mereka.

Proporsi pemilik rumah dari kalangan Gen Z dan milenial yang menyatakan nasib finansial mereka bergantung pada keberhasilan refinancing jauh lebih besar dibandingkan generasi baby boomer.

Dengan kata lain, generasi muda secara harfiah “mempertaruhkan masa depan finansial” mereka pada harapan bahwa suku bunga akan turun cukup signifikan sehingga refinancing menjadi layak dilakukan.

“Para pembeli muda saat ini sedang bertaruh pada masa depan keuangan mereka dengan keyakinan bahwa suku bunga akan turun cukup tajam untuk memungkinkan refinancing,” ujar Presiden TrueWork, Ethan Winchell.

Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana kondisi pasar properti dan pergerakan bunga memiliki dampak besar terhadap stabilitas keuangan rumah tangga muda di AS.

Berbeda dengan generasi yang lebih senior, generasi muda tidak hanya menghadapi harga rumah yang lebih tinggi, tetapi juga beban bunga pinjaman yang lebih berat dibandingkan era sebelumnya.

Dampak Lebih Luas bagi Pasar Perumahan dan Ekonomi

Jika penurunan bunga benar-benar terjadi, dampaknya tidak hanya dirasakan pada level rumah tangga, tetapi juga bisa meluas ke pasar properti secara keseluruhan.

Dengan cicilan bulanan yang lebih ringan, pemilik rumah akan memiliki daya beli lebih besar, baik untuk konsumsi maupun investasi lainnya.

Hal ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, meski sekaligus berpotensi memicu kembali kenaikan harga rumah jika permintaan meningkat.

Namun, perlu dicatat bahwa refinancing bukan tanpa risiko. Biaya administrasi, penilaian properti, dan syarat tambahan bisa membuat sebagian pemilik rumah ragu untuk mengambil langkah ini.

Meski demikian, dengan potensi penghematan ratusan dolar per bulan, banyak keluarga tetap akan menimbang refinancing sebagai opsi rasional.

Dari sudut pandang investor di sektor keuangan dan properti, tren refinancing juga memiliki arti penting. Lembaga keuangan akan melihat adanya peningkatan aktivitas kredit baru, sementara pasar obligasi hipotek bisa mencatat dinamika signifikan seiring penyesuaian imbal hasil.

Harapan Baru, tapi Masih Bergantung pada The Fed

Situasi pasar KPR AS saat ini mencerminkan persimpangan penting antara kebijakan moneter, daya beli rumah tangga, dan dinamika generasi.

Meski kondisi masih menantang, bahkan penurunan suku bunga kecil saja bisa membawa dampak besar.

Dengan jutaan pemilik rumah menunggu kesempatan untuk refinancing, keputusan The Fed dalam beberapa bulan mendatang akan sangat menentukan arah pasar perumahan dan stabilitas keuangan keluarga Amerika.

Sementara generasi muda menaruh harapan besar pada kebijakan suku bunga yang lebih rendah, masih ada tantangan besar untuk menjadikan kepemilikan rumah lebih terjangkau dalam jangka panjang.

Pada akhirnya, penurunan bunga KPR meski hanya sepersekian persen, bisa menjadi “angin segar” yang lama ditunggu banyak pemilik rumah, sekaligus menjadi sinyal penting bagi pasar properti dan investor yang mencermati arah kebijakan moneter AS.