(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lalu umumnya terkoreksi khususnya IHSG dari area rekor.
- Dana asing tercatat net capital outflow sekitar Rp16,6 triliun dalam sepekan.
- Industri pengolahan kuartal III dilaporkan BI bertumbuh di fase ekspansi.
- Sentimen global saat ini sekitar situasi perbankan di AS serta arah kebijakan the Fed berikutnya.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis BI Rate pada hari Rabu yang diperkirakan turun ke level 4,5%, serta data jumlah uang beredar hari Kamis yang akan datang.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 20-24 October 2025.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau tergelincir dari area rekornya, bertengger di hampir 5 minggu terendahnya, terkoreksi profit taking dipimpin saham-saham konglomerasi yang sebelumnya cenderung bullish, serta searah tekanan di bursa regional. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini umumnya bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup melemah tajam 4,14%, atau 342,203 poin, ke level 7.915,656.
Untuk minggu berikutnya (20-24 Oktober 2025), IHSG kemungkinan akan berupaya rebound dari oversold-nya namun masih downtrend, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 8.288 dan 8.300. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7,854 dan bila tembus ke level 7,742.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir agak flat dalam pergerakan terbatas seminggu ini pada range konsolidasi. Rupiah secara mingguannya berakhir mendatar dengan menguat tipis 0,03% atau 5 poin ke level Rp 16.575 per USD. Sementara, dollar global terpantau berupaya bangkit dari 1,5 minggu terendahnya setelah ditekan concern pasar atas berisikonya perbankan di Amerika.
Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan masih dalam rentang konsolidasi dengan bias positif, atau kemungkinan rupiah akan bias melemah secara bertahap, dalam range antara resistance di level Rp16.613 dan Rp16.692, sementara support di level Rp16.525 dan Rp16.426.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke level 5,967% pada akhir pekan dalam 3 minggu berturut-turut. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di pasar SBN. Sementara yields US Treasury terpantau berakhir terkoreksi di pekan ketiganya
===
Kinerja Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan III 2025 meningkat dan berada pada fase ekspansi (indeks >50%). Hal ini tecermin dari PMI-BI sebesar 51,66%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 50,89%.
Berdasarkan sublapangan usaha (Sub-LU), PMI-BI pada sebagian besar Sub-LU meningkat dan berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada Industri Mesin dan Perlengkapan, diikuti oleh Industri Pengolahan Tembakau, serta Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki.
Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2025 tumbuh melambat. Posisi ULN Indonesia pada Agustus 2025 tercatat sebesar 431,9 miliar dolar AS, atau secara tahunan tumbuh 2,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 4,2% (yoy) pada Juli 2025. Perkembangan ini terutama bersumber dari melambatnya pertumbuhan ULN sektor publik dan kontraksi pertumbuhan ULN sektor swasta.
Berdasarkan data transaksi 13 – 16 Oktober 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp16,61 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp1,09 triliun di pasar saham, Rp11,90 triliun di pasar SBN, dan Rp3,62 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Anda mungkin telah menyimak cukup derasnya dana asing yang masuk atau keluar pasar modal Indonesia yang mendongkrak bursa atau menurunkannya. Memang demikianlah pergerakan dana investasi global. Begitu cepatnya mengalir ke berbagai instrument investasi menembus batas-batas antar negara. Begitu cepat masuk, mampir, dan begitu cepat pula keluar atau mengalami “switching” dari satu asset ke asset lainnya, serta dari satu negara ke negara lainnya.
Itu sebabnya kita perlu mempelajari dinamika portfolio investasi, baik dari sisi jenis, jangka waktu, tingkat risiko, typical, dll. Simak terus vibiznews.com dan jadilah investor yang sukses. Salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Terima kasih pembaca karena telah setia bersama kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting



