Kinerja Sektor Swasta Italia Merosot, PMI Jasa dan Manufakturnya Tergerus

1150

Sebelumnya telah dipublikasikan terlebih dahulu bahwa kinerja manufaktur Italia pada bulan September lalu tidak sebaik dengan yang dialami Perancis. Adapun skor PMI Manufaktur Italia pada bulan lalu dilaporkan oleh ISTAT turun ke level 52,7 dari yang semula tercatat pada level 53,8. Meski demikian, rilis tersebut menunjukkan bahwa sebetulnya kinerja Italia masih cukup baik ditengah perlambatan ekonomi global dengan masih berhasil bertahan pada fase ekspansi meski sedikit melambat. Sayangnya nasib serupa juga dialami oleh sektor jasanya. (Lihat juga: Ekspansi Manufaktur Italia Tertahan, Perancis Tinggalkan Fase Kontraksi)

Kinerja di sektor jasa Italia pada bulan September lalu juga kembali dirilis kemarin sore (5/10) dan terpantau juga masih bertahan pada fase ekspansi memasuki bulan ke-7 nya berturut-turut, meski melaju pada kecepatan yang lebih lambat dari bulan sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin dengan turunnya skor PMI Jasa Italia pada bulan September lalu sehingga berakhir pada level 53,3 dari level 54,6 di bulan Agustus, yang kala itu merupakan skor tertinggi PMI Jasa Italia dalam kurun 65 bulan terakhir. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Italy Services PMI

Pada September lalu, sebetulnya sejumlah bisnis baru di bidang jasa berhasil dibuka, namun berdasarkan data, ternyata tingkat pertumbuhan pembukaan bisnis baru tersbeut pada bulan lalu adalah yang terlemah. Pada saat yang sama, jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada sektor jasa di negara ini juga tercatat menurun pada bulan September, penurunan tersebut adalah yang kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir.

Tahun 2015 ini nampaknya sedang menjadi tahun yang penuh tantangan tidak hanya bagi Italia, tapi juga bagi negara lainnya. Ekonomi Tiongkok hingg kini kian melambat, dari tingkat pertumbuhan di kisaran 10 persen dalam tiga dekade sejak masa reformasi yang dimulai pada 1979, kini ekonomi Tiongkok melambat sekitar tujuh persen atau lebih. Ekonomi global pun akan tertekan akibat permintaan melambat tak hanya komoditas, tetapi juga barang konsumsi termasuk barang mewah. Ketidakstabilan ekonomi Tiongkok inilah yang akan terus menekan perekonomian global.

 

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here