Bencana Kabut Asap Belum Berakhir, Presiden Akhirnya Minta Bantuan 4 Negara

621
Kabut asap pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, pada Senin malam (28/9). Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman memperpanjang status Tanggap Darurat Pencemaran Udara akibat Kebakaran Lahan dan Hutan, yang seharusnya habis pada 28 September, hingga dua pekan ke depan untuk fokus pada penanganan kesehatan warga dari dampak asap dan antisipasi dampak El Nino yang mengakibatkan cuaca kering selama bulan Oktober. ANTARA FOTO/FB Anggoro/pd/5.

Seperti diketahui, hingga hari ini bencana kabut asap yang menimpa Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera belum juga tertanggulangi dengan baik. Cukup lamanya penanganan bencana kabut asap athun ini dari tahun-tahun sebelumnya disebabkan oleh dampak El Nino tahun ini yang sangat kuat dan sulitnya mendapatkan sumber air di wilayah bencana.

Akibatnya, seperti sudah dipaparkan di berbagai media baik dalam maupun luar negeri, kabut asap tersebut sudah berjalan-jalan ke berbagai negara di Asia, seperti Malaysia dan Singapura yang merasakan langsung dampak terparahnya dan baru-baru ini Thailand selatan pun diikabarkan juga sudah mulai merasakannya.

Titik-titik wilayah bencana yang mengalami kabut asap, seperti Pekanbaru, Riau, Jambi dan Kalimantan terpantatu sudah mendata warganya yang sudah cukup banyak terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Tidak hanya kerugian kesehatan yang dirasakan warga setempat, tapi kerugian non materi berupa hilangnya jam untuk melakukan aktivitas sekolah untuk anak-anak dan juga kerugian ekonomi terutama di sektor ritel akibat banyak toko yang terpaksa ditutup dan masyarakat yang juga enggan keluar dari rumahnya. 

Menyadari sulitnya penanganan bencana asap tahun ini, Presiden Jokowi akhirnya meminta bantuan Singapura, Rusia, Malaysia, dan Jepang untuk memadamkan api di hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap yang mendera warga Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Menurutnya, bantuan dari negara lain tersebut berupa pesawat pengangkut air yang mampu membawa kapasitas air 12 hingga 15 ton.

Terkait hal tersebut akan ada 3 pesawat dari Singapura, juga dari Rusia. Menurut Jokowi, yang paling urgent dibutuhkan saat ini adalah pesawat pesawat pengangkut air 12 ton atau 15 ton. Sedangkan yang dimiliki Indonesia hanya untuk mengangkut air berkapasitas 2-3 ton.

Untuk mengatasi trauma pada anak-anak di lokasi bencana, Jokowi sudah menginstruksikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, agar mengutakaman kesehatan dengan meliburkan sekolah-sekolah sampai kondisi membaik. Kepada Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Jokowi meminta kesiapan pelayanan di posko-posko yg didirikan di provinsi yang terkena bencana asap termasuk membagikan masker kepada penduduk.

Tidak hanya itu, Jokowi juga menginstruksikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di daerah bencana asap, dan pada Menteri Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise agar memperhatikan anak-anak di daerah bencana asap.

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Indonesia sebenarnya membutuhkan pesawat pembom air atau pesawat amfibi tipe Beriev Be-200 buatan Rusia atau CL-215 buatan Canadair dan berdasarkan data BNPB per Senin (5/10) sore, sudah ada 28,06 juta penduduk Indonesia yang terpapar kabut asap. Berdasarkan data BNPB juga, jumlah titik api di Sumatra dan Kalimantan masih mencapai ratusan, meski telah menurun selama sebulan terakhir.

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here