Awal pekan ini Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah menurunkan tingkat bunga penjaminan yang baru untuk simpanan dalam rupiah dan valuta asing (valas) di Bank Umum sebanyak 25 basis poin (bps) dan berlaku efektif mulai tanggal 8 Oktober 2015 sampai dengan 14 Januari 2016, sehingga bunga penjamin untuk bank umum dalam rupiah bunga sebesar 7,5 persen dan valuta asing (valas) 1,25 persen, serta untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam rupiah bunga sebesar 10 persen.
Pasca aturan tersebut, perbankan nasional belum melakukan aksi apapun apalagi menurunkan suku bunga depositonya. PT Bank Central Asia belum berani menurunkan bunga depositonya hingga akhir tahun ini dengan mempertimbangkan terjadinya pertumbuhan permintaan kredit. Seperti yang disampaikan Presdir BCA beberapa hari lalu bahwa BCA tidak akan menurunkan suku bunga depositonya jika permintaan kredit bertambah.
Melihat kinerja keuangan BBCA pada semester pertama lalu, laba bersih meningkat sebesar Rp8,5 triliun, naik 8,8% dari Rp7,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba ini mendapat dorongan dari meningkatnya pendapatan operasional BCA 14,2% menjadi Rp22,6 triliun dari Rp19,8 triliun pada Semester I 2014.
Untuk pergerakan sahamnya di lantai bursa perdagangan saham pada hari Jumat (9/10) saham BBCA dibuka naik pada level 13325 dan jelang penutupan perdagangan pekan ini naik ke posiis 13350 dengan volume perdagangan saham sudah mencapai 27 juta saham.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, harga saham BBCA sejak awal pekan berusaha rally dan kini terpantau indikator MA masih bergerak naik. Selain itu indikator Stochastic konsolidasi di area jenuh beli.
Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak naik didukung oleh +DI yang juga naik, menunjukan rally BBCA terys berlanjut. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, rekomendasi trading hingga pekan depan target resistance di level Rp13600 dan level support di Rp13300.
Joel/VMN/VBN/ Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens