Pejabat Federal Reserve menunda kenaikan suku bunga pada bulan September karena perkembangan risiko global, terutama dari Tiongkok, juga pertimbangan prospek mereka untuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi, namun mereka tetap menyatakan mereka berada di jalur untuk menaikkan suku bunga akhir tahun ini, demikian hasil notulen Federal Open Market Committee (FOMC) untuk hasil pertemuan 16-17 September , yang dirilis Kamis di Washington. Meskipun demikian, “panitia memutuskan bahwa itu bijaksana untuk menunggu informasi tambahan yang menyatakan bahwa prospek ekonomi tidak memburuk.”
FOMC mencatat bahwa kondisi ekonomi domestik, termasuk data belanja konsumen dan perumahan, telah terus membaik, dan pasar tenaga kerja telah mencapai atau dekat dengan perkiraan jangka panjang untuk tingkat pengangguran.
Namun, kekhawatiran atas Tiongkok dan potensinya untuk menekan perekonomian lainnya, seperti kemungkinan besar akan menekan ekspor AS.
Peserta meeting mengantisipasi perkembangan global baru-baru ini yang memberikan tekanan negatif lanjutan tentang inflasi dalam waktu dekat, dibandingkan dengan perkiraan mereka sebelumnya, saat ini risiko inflasi lebih banyak miring ke sisi negatif.
Pasar saham menguat dan dolar jatuh karena investor melihat sedikit harapan dari hasil notulen FOMC untuk kenaikan suku bunga Fed dalam waktu dekat ini. Indeks Dollar merosot ke tiga minggu rendah, sementara indeks Standard & Poor 500 naik 0,9 persen berakhir pada level tertinggi sejak 20 Agustus.
Rincian pertemuan Fed dibuat setelah tiga minggu para pembuat kebijakan berencana untuk menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2006 di tengah kekhawatiran atas pertumbuhan global dan gejolak pasar keuangan terkait krisis Tiongkok. Bank sentral telah memegang tingkat suku bunga di kisaran 0-0,25 % sejak Desember 2008.
Keputusan untuk tidak menaikan suku bunga pada 2 Oktober setelah hasil laporan pekerjaan yang mengecewakan untuk bulan September. Pengusaha menambahkan 142.000 pekerja untuk non-farm payrolls, lebih rendah dari semua perkiraan dalam survei Bloomberg dari 96 ekonom.
Hasil pertemuan juga menyampaikan adanya diskusi panjang tentang seberapa jauh mereka harus berusaha untuk menekan pengangguran bahkan setelah mengenali sumber daya tenaga kerja yang berkurang secara substansial dalam beberapa bulan terakhir.
Investor bereaksi terhadap pertemuan September dengan menurunkan probabilitas Fed akan menaikkan sebelum akhir tahun menjadi sekitar 40 persen, dari 64 persen sebelum keputusan 17 September.
Kekhawatiran The Fed pada bulan September dipicu oleh devaluasi kejutan mata uang Tiongkok pada 11 Agustus itu mengguncang pasar keuangan global dan menimbulkan kekhawatiran bahwa negera dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dapat memperlambat lebih dari perkiraan.
Dana Moneter Internasional pekan ini mengatakan proyeksi perlambatan pertumbuhan di pasar negara berkembang telah mendorong untuk memotong prospek untuk ekspansi ekonomi global pada tahun 2015 menjadi 3,1 persen dari 3,3 persen pada bulan Juli.
Perlambatan ekonomi Tiongkok telah mendorong penurunan harga komoditas di seluruh dunia, menempatkan tekanan pada inflasi AS yang naik hanya 0,3 persen dalam 12 bulan hingga Agustus dan telah berada di bawah target bank sentral 2 persen sejak April 2012.
Sementara sebagian besar peserta FOMC masih mengharapkan untuk menaikkan suku bunga tahun ini, ada tanda-tanda bahwa kesepakatan bisa pecah jika prospek masih belum jelas dalam beberapa bulan mendatang.
Freddy/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang