Setelah berlarut-larut kinerjanya kian tertekan, akhirnya rupiah dan ringgit berhasil kembali menunjukkan taringnya. Bedasarkan data Bloomberg terlihat bahwa kinerja kedua mata uang tersebut, yaitu rupiah dan ringgit berhasil menunjukkan kenaikan mingguan terbaiknya dalam sepekan ini sejak masing-masing terakhir kali tercatat pada tahun 2001 dan 1998. Rebound pada kedua mata uang ini disebabkan oleh naiknya harga komoditas dan ada sinyal kepastian dari The Fed bahwa suku bunganya tidak akan naik pada tahun 2015 karena mempertimbangkan slowtrend pada ekonomi global. (Lihat juga: Hasil Notulen FOMC : Kekuatiran Perlambatan Ekonomi Global Tunda Kenaikan Suku Bunga AS)
Sepekan ini, mata uang Garuda berhasil bukukan lonjakan sebesar 4,1 persen dan berada pada kisaran 13.339 per dolar AS pada pukul 11:56 WIB. Sementara mata uang Negeri Jiran berhasil bukukan kenaikan sebesar 3,2 persen pada hari Jumat ini (9/10) dan berhasil bukukan kenaikan sebesar 7,6 persen sejak 2 Oktober lalu dan berakhir pada kisaran 4,1052. Reli minggu ini terjadi setelah mata uang Malaysia dan Indonesia masing-masing telah kehilangan daya hingga 14 persen dan 9 persen terhadap dollar AS.
Rilis data tingkat klaim pengangguran AS yang dirilis dini hari tadi terpantau buruk dan nampak berpengaruh terhadap reli mata uang negara emerging market pada hari ini. Selain itu keputusan The Fed yang akan menunda kenaikan suku bunganya pada tahun ini juga nampak berpengaruh kuat terhadap reli mata uang EM. Tidak hanya pada mata uang, pasalnya harga minyak dan komoditas yang sudah berbulan-bulan merosot juga berhasil menguat dan memberikan manfaat positif terhadap Malaysia dan Indonesia yang selama ini basis perekonomiannya bertumpu pada ekspor komoditas.
Seperti diketahui, harga minyak mentah Brent naik 11,8 persen pada minggu ini, sementara indeks bahan baku yang tercatat di Bloomberg juga tunjukkan peningkatan sebesar 3,5 persen. Naiknya harga minyak Brent ini tentu berpengaruh pada Indonesia dan Malaysia. Selama ini sekitar 22 persen dari total penerimaan Malaysia adalah berasal dari ekspor minyak mentah, sementara Indonesia bergantung pada ekspor batubara, minyak sawit dan logam. Meningkatnya harga komoditas global ini diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan di masing-masing negara.
Pada perdagangan saham hari ini (9/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sudah berhasil melonjak hingga 9,4 persen dengan total bersih dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia sebesar $ 148.000.000 dalam empat hari pertama di pekan ini. Perlu diketahui capital inflow ini adalah yang terbesar sejak April 2015 lalu. (Lihat juga: IHSG 9 Oktober Kembali Tembus Level 4500)
Sedangkan hari ini rupiah terpantau mengalami pembukaan pada posisi 13.595,00 per dollar AS. Mata uang lokal tersebut mengalami peningkatan tajam dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di level 13.887,30 per dollar AS. Sejauh ini mata uang Garuda sudah membukukan kenaikan sebesar 432,30 poin atau 3,11 persen pada posisi 13.455,00 per dollar. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan hari ini pun berpotensi bertahan di teritori positif.
Membaiknya nilai tukar rupiah dan posisi IHSG juga tidak lepas dari faktor fundamental Indonesia, yaitu optimisme para pebisnis paska dirilisnya Paket Kebijakan Ekonomi III dan Jilid IV yang masih dalam tahap pembahasan. Selain itu laju inflasi Tanah Air yang dilaporkan melambat sebelumnya juga turut sedikit meredam kekhawatiran pasar terhadap potensi hiperinflasi di tengah perlambatan ekonomi Nasional.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang