Mata uang rupiah pada perdagangan Jumat pagi mengalami kenaikan luar biasa terhadap dollar AS (9/10). Rupiah mengarah untuk membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak tahun 2001. Perkiraan bahwa Fed akan menunda kenaikan suku bunga acuan hingga tahun depan membuat mata uang Negara-negara emerging markets mengalami kenaikan.
Arus modal asing kembali ke pasar saham dalam negeri. Asing telah membeli 148 juta dollar saham dalam negeri selama 4 hari pertama pekan ini. Arus modal masuk mingguan ini merupakan yang paling deras sejak bulan April lalu.
Akan tetapi kenaikan rupiah yang terlalu cepat tersebut dinilai belum stabil dan masih menyimpan kerentanan. Pasalnya menguatnya mata uang tersebut hanya disebabkan oleh faktor eksternal berupa melemahnya dollar AS, bukan disebabkan oleh faktor internal yang berupa perbaikan sentiment terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
Hari ini rupiah terpantau mengalami pembukaan pada posisi 13.595,00 per dollar AS. Mata uang lokal tersebut mengalami peningkatan tajam dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di level 13.887,30 per dollar AS.
Saat ini rupiah makin menguat dari posisi pembukaan. Rupiah sudah membukukan kenaikan sebesar 432,30 poin atau 3,11 persen pada posisi 13.455,00 per dollar.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan hari ini berpotensi untuk bertahan di teritori positif. Potensi ditundanya kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat masih sukses membuat dollar melemah dan rival-rivalnya menguat.
Mata uang rupiah hari ini berpotensi mengetes level resistance pada posisi 13.300 dan 13.100 per dollar AS. Sedangkan level support harian yang akan dites jika rupiah mengalami penurunan lanjutan ada pada 13.600 dan 13.800 per dollar.
Ika Akbarwati/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens