Laju Penjualan Ritel Meningkat, Optimisme Pebisnis Australia Ikut Melonjak

1208

Kondisi ekonomi Australia diprediksi masih akan terus goyah menjelang penghujung tahun 2015, kondisi ini tercermin dari terus merosotnya harga bijih besi yang telah mengakibatkan harga logam turun 15 persen sejak September 2014 lalu. Akibat dari masih rendahnya harga komoditi hingga saat ini, tentu saja meski kinerja ekspor negara ini menguat, dampaknya tidak akan terlalu terasa bagi perekonomian Australia.

Meski sentimen negatif masih terus mengepung situasi ekonomi Australia, terutama sentimen eksternal yang berasal dari Tiongkok yang selama ini menjadi importir komoditas utama Australia, hari ini (13/10), tingkat keyakinan bisnis Australia periode September 2015 kembali dipublikasikan dan terpantau berhasil rebound. Lonjakan optimisme pebisnis di Australia pada bulan lalu tersebut terjadi sambil merespons naiknya laju pertumbuhan omset ritel periode Agustus 2015 yang berhasil bukukan kenaikan pertumbuhan sebesar 0,4 persen (mom). (Lihat juga: Kepercayaan Konsumen Membaik, Belanja Ritel Australia Berhasil Naik)

National Australia Bank (NAB) secara resmi merilis hasil survey bulanannya terhadap lebih dari 400 perusahaan di Australia yang hasilnya menunjukkan bahwa indeks kondisi bisnis di Australia pada bulan September lalu berhasil menguat tajam dengan skor yang berakhir pada level 5 dari yang semula hanya tercatat pada level 1. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Australia Business Confidence

Secara keseluruhan hasil survey ini menunjukkan bahwa sektor bisnis di Australia masih cukup “tahan” dalam menghadapi gempuran sentimen negatif baik dari domestik maupun eksternal, meskipun prospek investasi di sektor tambang tetap masih buruk. Sedangkan di sektor non-tambang, tren yang tercipta justru terus menunjukkan peningkatan dan optimisme di pasar tenaga kerja. Sejauh ini, sektor industri non-tambang masih terus menjadi penggerak perekonomian Australia paska merosotnya kinerja sektor tambang yang sempat booming pada tahun 2010-an.

Perlu dipahami, hingga saat ini faktor yang masih jadi penghambat terbesar melambatnya laju pertumbuhan Australia adalah tergelincirnya aktivitas perdagangan internasional, terutama dalam hal ekspor. Sebagian besar perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan kegiatan konstruksi di Australia bukukan penurunan ekspor yang cukup tajam di sepanjang kuartal kedua lalu hingga saat ini. Meski demikian, Gubernur Bank Sentral Australia (RBA), Glenn Stevens, tetap optimis mengenai perekonomian Australia ke depan meskipun perekonomian Tiongkok sedang terpuruk dan mengakibatkan harga komoditi global jatuh yang selama ini menjadi andalan ekspor Australia.

 

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here