Ekspor Masih Lesu, Output Industri Jepang Terpukul

795

Gubernur Bank of Japan (BOJ), Haruhiko Kuroda, dalam pidato rutin bulanannya bulan lalu di hadapan sejumlah pengusaha di Osaka, menyatakan bahwa saat ini posisi BOJ memang cukup khawatir terhadap risiko gejolak ekonomi global akibat perlambatan ekonomi Tiongkok dan negara-negara berkembang. Kekhawatiran Kuroda bukan tanoa alasan, pasalnya sampai saat ini pemulihan ekonomi Jepang terlihat mandeg. Setidaknya hal tersebut tercermin dari kinerja di sektor industri Jepang yang terus memburuk setiap bulannya.

Kemarin (15/10), Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang kembali melaporkan data tingkat output industri bulanan Jepang yang berakhir pada periode Agustus 2015. Dalam rilis tersebut tercatat bahwa aktivitas industri Jepang masih bertahan pada teritori negatif melanjutkan tren negatif yang sudah tercatat di bulan sebelumnya. Adapun tingkat output industri Jepang pada bulan Agustus tercatat kontraksi sebesar -1,2 persen (mom), laju kontraksi tersebut jauh lebih dalam dari yang tercatat di bulan sebelumnya dan jauh lebih parah dari yang diperkirakan ekonom yang sebelumnya memprediksi penurunan sebesar -0,5 persen. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

 

Japan Industrial Production MoM

 

Perlu dipahami, terus memburuknya laju produksi dari sektor industri di negara ini tidak lepas dari kondisi ekonomi global saat ini yang cukup menekan permintaan ekspor dari sektor industri. Sebelumnya sudah dilaporkan bahwa PMI Nikkei Manufaktur bulanan Jepang untuk periode September lalu kembali tercatat melambat dari bulan sebelumnya, meskipun secara keseluruhan kinerja manufaktur Jepang masih berada di fase ekspansi. Melambatnya kinerja manufaktur Jepang pada bulan September kemarin merupakan respons atas turunnya sejumlah permintaan ekspor dari bidang manufaktur ke level terburuknya dalam kurun hampir tiga tahun terakhir.

Pasalnya, kian memburuknya aktivitas ekspor Jepang meski pelemahan yen masih berlangsung merupakan sinyal bahwa peringatan bahwa perlambatan ekonomi di Tiongkok telah merugikan prospek ekonomi Jepang. Sebagai informasi saja, hingga bulan September lalu maka sudah genap 2 kali para produsen manufaktur di negara ini memangkas harga jualnya untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. Tentu saja keputusan tersebut merupakan sebuah kemunduran yang menandakan bahwa kemungkinan besar ekonomi Jepang akan kembali menyusut pada Q3-2015 akibat melemahnya daya beli masyarakat dan anjloknya permintaan ekspor akibat pelemahan di Tiongkok.

 

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/VBN/ Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here