Output Konstruksi Kawasan Euro Terburuk Dalam Setahun Terakhir

640

Sebelumnya, Eurostat sudah lebih dulu melaporkan data tingkat produksi industri kawasan euro untuk periode yang berakhir Agustus 2015. Dalam rilis tersebut terlihat bahwa kinerja produksi di sektor industri kawasan euro di bulan tersebut cukup mengecewakan karena bukukan penurunan yang lebih buruk dari bulan sebelumnya. Bahkan, penurunan yang tercatat pada Agustus lalu pasalnya adalah yang terburuk dalam kurun satu tahun terakhir. Adapun penurunan kinerja output industri kawasan euro pada bulan Agustus lalu disebabkan oleh penurunan bulanan yang cukup kuat pada output energi. (Lihat juga: Produksi Industri Zona Euro Catat Penurunan Terbesarnya Sejak Agustus 2014)

Melanjutkan rilis tersebut, kemarin sore (20/10), Eurostat kembali merilis data output konstruksi zona euro untuk periode yang berakhir pada Agustus 2015. Dalam rilis tersebut terlihat bahwa data output konstruksi di wilayah ini turun tajam di zona kontraksi. Secara tahunan, tingkat output konstruksi kawasan euro pada Agustus lalu turun ke level -6,0 persen, jauh lebih cepat dari penurunan sebesar -0,3 persen yang tercatat di bulan sebelumnya. Sebagai informasi, penurunan tersebut adalah penurunan bulanan ketiga yang berturut-turut. Dapat dilihat tren iutput kawasan euro dalam setahun terakhir pada gambar dibawah ini:

Euro Area Construction Output

Sementara itu untuk tingkat output konstruksi di 28 negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) juga bukukan penurunan sebesar 5,0 persen per tahun (yoy) pada bulan Agustus lalu dan bukukan penurunan sebesar 1,2 persen dari bulan sebelumnya. Di antara negara-negara anggota Uni Eropa, negara yang bukukan output konstruksi bulanan terbesar tercatat di Slovakia, Inggris dan Slovenia, sedangkan kenaikan output tertinggi tercatat di Portugal, Polandia dan Perancis.

Harus dipahami, risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi di kawasan euro dan semakin tertekannya prospek inflasi di wilayah ini belakangan kerap menjadi isu penting yang diperbincangkan para pelaku pasar di Eropa. Seperti diketahui, dampak perlambatan ekonomi Tiongkok memang kian terasa buruk bagi perkembangan ekonomi global menjelang sisa tahun 2015 ini. Bagaimana tidak? Tiongkok merupakan negara importir komoditas terbesar di dunia, akibatnya saat ini hampir seluruh negara eksportir komoditas yang kebanyakan adalah negara berkembang mulai nelangsa karena permintaan ekspor nya anjlok tajam.

Mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut, Dana Moneter Internasional (IMF) pun akhirnya menahan proyeksi pertumbuhan untuk kawasan euro tahun 2015 ini sebesar 1,5 persen, sedangkan prospek untuk tahun 2016 mendatang dipangkas menjadi 1,6 persen. Dewan Pemerintahan pun menegaskan bahwa program pembelian aset yang masih dilakukan ECB sampai hari ini masih akan terus dilaksanakan sampai akhir September 2016, dan bahkan sampai seterusnya, jika memang urgent diperlukan.

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here