PPI Jerman Sentuh Level Terendah Dalam 7 Bulan Terakhir

626

Pekan lalu, Pemerintah Jerman akhirnya secara resmi menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi negaranya untuk tahun 2015 ini. Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ini dilakukan oleh pemerintah Jerman dengan mempertimbangkan bahwa saat ini perekonomian global memang sedang menagrah ke arah pertumbuhan yang lambat karena terkena dampak perlambatan ekonomi Tiongkok dan negara berkembang lainnya. 

Adapun pemerintah Jerman menurunkan target pertumbuhan negaranya di tahun 2015 menjadi hanya sebesar 1,7 persen dari yang semula dipatok sebesar 1,8 persen. Sedangkan untuk target pertumbuhan pada 2016 mendatang dipatok sebesar 1,8 persen. Sementara itu, kinerja ekspor pemerintah diproyeksikan tumbuh sebesar 5,4 persen di tahun ini dan sebesar 4,2 persen pada 2016 mendatang. Untuk pertumbuhan impor sendiri diperkirakan tumbuh sebesar 5,9 persen pada 2015 dan sebesar 5,3 persen pada tahun depan. (Lihat juga: Perlambatan Ekonomi Tiongkok Dorong Jerman Pangkas Proyeksi Ekonominya)

Menyusul rilis tersebut, siang ini (20/10), Destatis kembali merilis indeks harga produsen bulanan Jerman untuk periode yang berakhir September 2015. Dalam rilis tersebut terlihat bahwa sampai bulan lalu indeks harga produsen di negara terkuat di Eropa tersebut masih lanjutkan tren negatif bahkan menduduki level terendahnya dalam kurun tujuh bulan terakhir. Indeks harga produsen industri pada September lalu tercatat turun lebih tajam dari bulan sebelumnya dan tercatat berakhir sebesar -2,1 persen (yoy), lebih buruk dari bulan sebelumnya yang hanya bukukan penurunan sebesar -1,7 persen (yoy). Dapat dilihat trennya pada gambar dibawah ini:

Germany Producer Prices

Penurunan harga produsen Jerman pada bulan lalu ini merupakan yang terbesar sejak Februari 2015, meskipun sebetulnya harga produsen di negara ini sudah memasuki tren menurun sejak Agustus 2013. Tercatat bahwa harga energi turun 6,1 persen per tahun dan harga barang-barang konsumen non-tahan lama turun 1 persen. Harga barang setengah turun 1,4 persen. Sementara itu, harga barang-barang modal dan barang konsumsi tahan lama masing-masing justru naik 0,7 persen dan 1,3 persen. Sementara jika tidak termasuk harga energi, maka harga produsen tercatat naik sebesar 0,6 persen (yoy).

Terus tergerusnya harga produsen di Jerman membuat negara ini berpotensi terkena deflasi berkepanjangan. Namun, meski potensi deflasi masih cukup kuat mengingat indeks harga produsen Jerman yang semakin curam ke bawah, Jerman tetap masih tergolong negara industri yang paling berprestasi dan paling maju perkembangannya, dan merupakan perekonomian nasional terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Jepang dan Tiongkok. Oleh karena itulah pengaruh ekonomi Jerman sangat kuat terhadap kawasan euro, seperti diketahui juga bahwa Jerman merupakan mitra dagang terbesar bagi Uni Eropa (UE) dan juga masih jadi incaran terbesar bagi Pasar Asia.

 

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here