Harus dipahami bahwa perekonomian Hong Kong (HK) tidak mungkin dipisahkan dari perekonomian Tiongkok. Jika diingat kembali, pada tahun 2014 lalu, serangkaian aksi protes yang dilakukan oleh warga HK yang menuntut kemerdekaan penuh atas wilayahnya cukup berdampak pada turunnya jumlah visitors asal Tiongkok ke negara ini. Sementara itu, masih lambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga telah mengakibatkan banyak warga Tiongkok yang mengubah pola konsumsinya dengan lebih menekan pengeluaran untuk belanja barang mewah di HK, tentu saja hal ini cukup berdampak pada ekonomi HK yang menjadi pusat kota yang menjual hampir seluruh brand ternama dunia.
Masih terkait perekonomian HK, Departemen Sensus dan Statistik HK kemarin sore (19/10) kembali merilis tingkat pengangguran HK untuk periode yang berakhir September 2015. Dalam rilis tersebut terlihat bahwa tingkat pengangguran HK masih sesuai haraoan dengan tetap bukukan pertumbuhan stabil pada persentase yang sama dengan yang tercatat selama tiga bulan terakhir berturut-turut, yaitu sebesar 3,3 persen. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Meski tingkat pengangguran HK secara keseluruhan terpantau stabil, tingkat pengangguran tercatat meningkat di sektor aktivitas kerja sosial, dan perdagangan impor-ekspor, sementara penurunan tingkat pengangguran terlihat di sektor jasa akomodasi, kegiatan jasa perdagangan makanan dan minuman, serta jasa informasi dan komunikasi. Jika dilihat secawra kuartalan, maka jumlah pengangguran di HK tercatat turun menjadi 135.800 pengangguran di sepanjang Q3-2015 dari yang semula tercatat sebanyak 137.400 di Q2-2015.
Sementara itu jumlah orang yang bekerja di sepanjang Q3 lalu justru menurun sekitar 12.300 orang sehingga jumlah pekerja tercatat menjadi sebanyak 3.796.000 dari yang semula tercatat sebanyak 3.808.000 di Q2 sebelumnya. Meskipun pasar tenaga kerja HK cukup tangguh di sepanjang tahun ini, prospek pertumbuhan jangka pendek di negara ini tetap tertutup karena ada sejumlah sentimen negatif termasuk kondisi permintaan global yang sedang lesu, peningkatan volatilitas pasar saham, dan perlambatan di bidang pariwisata.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang