Rilis Awal Kinerja Manufaktur Jepang Bulan Ini Sinyalkan Pertumbuhan Positif

980

Awal bulan Oktober ini, PMI Nikkei Manufaktur Jepang periode September kembali dirilis dimana dalam rilis tersebut tercatat bahwa kinerja manufakturnya sedikit melambat dari bulan sebelumnya, meskipun secara keseluruhan kinerja manufaktur Jepang masih berada di fase ekspansi. Melambatnya kinerja manufaktur Jepang pada bulan September merupakan respons atas turunnya sejumlah permintaan ekspor dari bidang manufaktur ke level terburuknya dalam kurun hampir tiga tahun terakhir. (Lihat juga: Manufaktur Jepang Memburuk, Ekspornya Terpuruk Dalam 2 Tahun Terakhir)

Pagi ini (23/10) rilis awal kinerja manufaktur Jepang untuk bulan Oktober dilaporkan berhasil bukukan pertumbuhan yang lebih baik dari bulan sebelumnya. Berdasarkan survei terbaru dari Nikkei Manufacturing, terlihat bahwa skor PMI Manufaktur Flash Jepang pada bulan Oktober ini berhasil naik ke level 52,5 dari yang dibulan sebelumnya hanya berakhir pada level 51. Menguatnya skor PMI manufaktur Jepang ini menjadi sinyal positif yang menandakan bahwa kinerja di sektor manufaktur Jepang masih berhasil bertahan di fase ekspansi meskipun perekonomian global sedang melemah. Dapat dilihat datanya pada gambar dibawah ini:

Japan Manufacturing PMI

Berdasarkan data yang dirilis hari ini terlihat bahwa membaiknya kinerja manufaktur di negara ini terjadi karena tingkat produksi manufaktur Jepang meningkat ke level tertingginya sejak terakhir kali tercatat pada Februari 2015. Di antara masing-masing komponen survei, indeks output manufaktur naik menjadi 52,2 dari 50,7 di bulan September, dimana skor tersebut adalah tertinggi dalam tiga bulan terakhir.Juga, pesanan baru diperluas pada tingkat yang lebih cepat. Meningkatnya jumlah produksi juga disebabkan oleh kenaikan ekspor yang berhasil berayun ke fase ekspansi dari yang semula tercatat di fase kontraksi. Pasalnya, pertumbuhan total pesanan baru dari sektor manufaktur ini berhasil menyentuh level tertingginya di dalam kurun lebih dari 1,5 tahun terakhir.

Sebagai informasi saja, hingga bulan September lalu maka sudah genap 2 kali para produsen manufaktur memangkas harga jualnya untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. Tentu saja keputusan tersebut merupakan sebuah kemunduran yang menandakan bahwa kemungkinan besar ekonomi Jepang akan kembali menyusut pada Q3-2015 akibat melemahnya daya beli masyarakat dan anjloknya permintaan ekspor akibat pelemahan di Tiongkok. Oleh sebab itu beberapa kalangan melihat Bank Sentral Jepang (BOJ) perlu memberikan stimulus tambahan agar target inflasi sebesar 2 persen dapat tercapai.

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here