Laju Inflasi Jepang Tetap Bertengger Pada Kisaran Nol Persen

990

Sebelumnya, masih di pekan ini Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang siang ini (29/10) kembali merilis data tingkat produksi industri awal negaranya untuk periode yang berakhir pada bulan September lalu. Dalam rilis tersebut terlihat bahwa kinerja output industri Jepang pada bulan lalu secara tahunan masih bukukan penyusutan melanjutkan bulan sebelumnya. Masih buruknya kinerja di sektor industri Jepang memang tidak mengejutkan, pasalnya, ekonomi Jepang memang sudah mencatat kontraksi sejak Q2-2015 lalu. (Lihat juga: Rilis Output Industri Jepang Bukukan Penyusutan Lanjutan)

Maka tidak mengherankkan juga jika Bank of Japan (BoJ), siang ini (30/10) melaporkan bahwa laju inflasi Jepang untuk periode yang berakhir pada bulan September 2015 tercatat flat atau sama dengan yang tercatat di bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,2 persen. Masih tertahannya laju inflasi Negari Sakura ini pada kisaran nol persen dilansir terjadi karena terkena dampak dari murahnya harga minyak saat ini. Dengan demikian maka hingga bulan lalu semakin jelas terlihat bahwa laju ifnlasi Jepang semakin menjauhi target inflasi yang sudah dipatok oleh BoJ yaitu sebesar 2 persen. Dapat dilihat data laju inflasi Jepang dalam kurun setahun terakhir pada gambar dibawah ini:

Japan Inflation Rate

Secara rinci dalam publikasi siang ini tercatat bahwa inflasi harga konsumen jika tidak termasuk harga makanan segar pada bulan September lalu maka justru akan bukukan pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar -0,1 persen jika dibanding dengan September 2014, penyusutan inflasi atau deflasi ke fase negatif ini merupakan yang pertama kali setelah terakhir kali tercatat pada April 2013. Meski laju inflasinya cenderung terus menurun, Gubernur BoJ, Kuroda, tetap optimis bahwa prospek tren inflasi Jepang cukup baik karena terbantu oleh kondisi pasar tenaga kerja yang ketat dan keuntungan (profit) perusahaan yang cukup besar.

Jepang memang terlihat cukup kehilangan momentum pertumbuhan inflasinya saat ini. Dengan mempertimbangkan masih rendahnya laju inflasi Jepang hingga bulan lalu, kemungkinan besar laju pertumbuhan ekonomi Jepang pada periode Q3-2015 akan megalami kontraksi karena laju konsumsinya cenderung lemah. Tentu saja kondisi ini akan cukup menekan BoJ agar segera mengambil langkah kebijakan pelonggaran tambahan pada akhir tahun 2015 ini atau awal tahun 2016 mendatang.

 

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/VBN/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here