Ekonomi Jepang kembali memasuki masa resesi di kuartal ketiga setelah terakhir terjadi resesi pada kuartal kedua tahun 2014 menyikapi rencana pemerintah Shinzo Abe menaikkan pajak penjualan. Namun resesi yang terjadi pada kuartal ketiga lalu akibat investasi perusahaan yang lemah seperti yang disampaikan Menteri Ekonomi Akira Amari hari ini (Senin 16/11),mengutip tulisan yang disampaikan Japan Today.
Alasan Jepang resesi tersebut diteruskan dengan optimisme Akira Amari bahwa periode kuartal empat nanti ekonomi negeri sakura ini akan pulih kembali menyiapkan target Perdana Menteri Shinzo Abe yang akan meningkatkan proyeksi PDB nominal sebesar 20 persen pada tahun 2020.
Pernyataan Menteri Ekonomi Jepang ini dilatar belakangi laporan PDB kuartal ketiga oleh kantor kabinet Jepang kemarin yang menunjukkan angka yang kontraksi melanjutkan kontraksi nilai PDB kuartal kedua. Suatu negra dikatakan resesi jika dua kuartal berturut mencetak PDB yang negatif.
Kantor kabinet Jepang melaporkan produk domestik bruto menurun secara tahunan 0,8 persen pada kuartal ketiga, melanjutkan kontraksi PDB kuartal sebelumnya yang ada di posisi -0,7 persen. Secara kuartalan PDB Q3 turun 0,2 persen sedang kuartal sebelumnya pada nilai yang sama.
Pada pertemuan BOJ bulan Oktober lalu, bank sentral telah menurunkan proyeksi pertumbuhan untuk fiskal menjadi 1,2 persen dari 1,7 persen. Dengan kondisi ekonomi seperti ini, analyst Vibiz Research Center melihat dibutuhkannya stimulus dari bank sentral, dan waktu yang tepat umumkannya yaitu pada akhir kuartal empat nanti.
Joel/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens