Harga Timah pada bursa Malaysia secara mingguan berakhir naik 300 dollar atau 2%, pada posisi 14,950 dollar per ton, dibandingkan posisi awal minggu perdagangan pada 14,650 dollar per ton. Kenaikan mingguan harga timah terdorong sentimen bullish permintaan.
Pada awal minggu harga timah melonjak hingga 500 dollar dengan kenaikan bursa Tiongkok. Dengan positifnya bursa Tiongkok tentu memberikan harapan bahwa peningkatan permintaan akan naik dari negara konsumen terbesar logam dasar ini. Kenaikan bursa Tiongkok, tentu terkait dengan membaiknya ekonomi Tiongkok, sehingga diharapkan permintaan timah terus meningkat dari Tiongkok.
Sementara itu di akhir minggu juga terjadi sentimen bullish, dimana terjadi pelemahan dollar akibat buruknya data indikator ekonomi AS. Dengan melemahnya dollar, maka akan membuat harga timah iktu turun, sehingga permintaan akan timah akan lebih tinggi.
Kedua indikator tersebut memberikan penguatan permintaan komoditas timah, sehingga meningkatkan harga timah pada awal bulan Februari ini.
Pada minggu ini, terlihat dengan liburnya pasar Tiongkok selama seminggu ini memperingati Tahun Baru Imlek, tentu akan membuat permintaan menurun signifikan, hal ini memungkinkan terjadi penurunan permintaan dan pelemahan harga timah.
Namun perlu juga diperhatikan pergerakan dollar AS, yang akan dipengaruhi dari hasil indikator ekonomi AS, yang jika indikator ekonomi lemah, akan menekan dollar AS.
Malam nanti akan dirilis data indikator ekonomi AS yaitu Fed Labor Market Conditions Index Januari yang diperkirakan berada pada posisi 2.6, turun dari hasil sebelumnya pada 2.9. Jika hasil ini terealisir, maka dapat menekan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga timah pada perdagangan selanjutnya akan melemah, melihat liburnya pasar Tiongkok, sehingga kemungkinan besar pasar turun. Harga timah akan menghadapi level Support di posisi 14.850 dollar dan 14.750 dollar. Akan tetapi jika terjadi kenaikan akan menghadapi level Resistance di 15.050 dollar dan 15.150 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang