Ekspor Singapura naik tak terduga pada bulan Februari dibandingkan tahun lalu, didorong oleh lonjakan pengiriman dari sektor farmasi yang volatile, namun prospek perdagangan yang lebih luas tetap dibayangi oleh lemahnya permintaan dari negara-negara Asia.
Ekspor domestik non-minyak (NODX) naik 2,1 persen pada Februari dari tahun sebelumnya, lembaga perdagangan International Enterprise Singapore mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (17/03).
Perkiraan median dalam survei Reuters adalah kontraksi 2,6 persen. Pada bulan Januari, ekspor turun 10,1 persen yang direvisi dari tahun sebelumnya.
Seperti banyak negara Asia, sektor perdagangan Singapura yang bergantung dengan ekspor telah terpukul keras oleh jatuhnya permintaan dari mitra dagang utama, khususnya Tiongkok. Data dari operator pelabuhan utama di Singapura menunjukkan volume kontainer di pelabuhan pulau turun 9,7 persen dalam dua bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Ekspor ke Tiongkok, pasar luar negeri terbesar Singapura, turun 1,2 persen pada Februari dari tahun sebelumnya, setelah tergelincir 25,2 persen pada Januari.
Lihat : Penjualan Rumah Baru Singapura Merosot Terendah 14 Bulan
Perlambatan di Tiongkok, pasar ekspor utama untuk komoditas dan produk konsumen, telah menjadi pukulan berat bagi perekonomian di seluruh dunia, termasuk eksportir raksasa Asia seperti Jepang dan Korea Selatan.
Pergeseran berkelanjutan dalam perekonomian Singapura terhadap layanan nilai tambah yang lebih tinggi dan jauh dari sektor manufaktur menjadi pertanda buruk bagi prospek ekspor negeri non-minyak, kata Vaninder Singh, seorang ekonom RBS.
Ekspor elektronik domestik naik 0,7 persen, sementara pengiriman obat-obatan, yang diproduksi dalam dalam kelompok jumlah yang dapat bervariasi tajam dari bulan ke bulan, melonjak 40,0 persen pada Februari dari tahun sebelumnya.
Sektor elektronik Singapura telah turun dibandingkan tetangganya seperti Korea Selatan dan Taiwan, karena kurangnya minat kota terhadap produk berteknologi tinggi seperti smartphone.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang