Harga minyak mentah jatuh pada sesi perdagangan Asia, hari Kamis pagi (21/04) karena kekhawatiran atas kekenyangan global setelah Rusia dan Iran mengatakan mereka siap untuk menaikkan produksi minyak lebih lanjut.
Rusia mengatakan pada hari Rabu itu siap untuk mendorong produksi minyak ke posisi tertinggi, hanya beberapa hari setelah kesepakatan global untuk mempertahankan tingkat produksinya runtuh dan Arab Saudi mengancam akan membanjiri pasar dengan minyak mentah lebih.
Menteri Energi Alexander Novak mengatakan Rusia “dalam teori” mampu meningkatkan produksi menjadi 12 juta atau bahkan 13 juta barel per hari (bph) dari tingkat rekor saat ini dekat dengan 11 juta barel per hari.
Sementara itu, Iran, bertekad untuk mendapatkan kembali pangsa pasar menyusul pencabutan sanksi internasional Januari lalu, menegaskan niatnya untuk mencapai produksi 4 juta barel per hari sesegera mungkin.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun 40 sen menjadi $ 43,78 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka internasional Brent diperdagangkan pada $ 45,36 per barel pada 0048 GMT, turun 44 sen dari pemukiman terakhir mereka.
Lihat : Harga Minyak Mentah Melonjak Hampir 4 Persen, Posisi Tertinggi 2016
Dengan produsen utama di Timur Tengah dan Rusia tampaknya berlomba untuk meningkatkan produksi, banyak akan tergantung pada pengebor shale AS dan permintaan untuk menentukan berapa lama kekenyangan global yang berlangsung yang melihat antara 1 juta dan 2 juta barel minyak mentah dipompa setiap hari lebih dari permintaan.
Kepala IEA Fatih Birol mengatakan pada hari Kamis ia memperkirakan pasar minyak untuk kembali ke keseimbangan dari kelebihan pasokan pada tahun depan, meskipun ia memperingatkan bahwa ini terjadi jika tidak ada guncangan dalam ekonomi.
Berbicara di Jepang, Birol memperkirakan produksi minyak non-OPEC turun sekitar 700.000 barel per hari tahun ini.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah pada perdagangan selanjutnya berpotensi merosot kembali dengan kekuatiran terhadap kekenyangan pasokan global, setelah kegegalan pertemuan Doha memicu perkiraan negara-negara OPEC dan Rusia akan meningkatkan produksinya masing-masing. Namun perlu diperhatikan pergerakan dollar AS yang jika melemah akan dapat menguatkan harga minyak. Harga diperkirakan menembus kisaran Support $ 43,30-$ 42,80, dan jika naik akan menembus kisaran Resistance $ 44,30-$ 44,80.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang