Harga minyak mentah berjangka naik pada sesi perdagangan Asia hari Selasa (26/04), didorong oleh pelemahan dolar AS, tetapi analis memperingatkan bahwa fundamental tetap lemah sebagai dengan perlombaan peningkatan produksi di Timur Tengah.
Dollar AS ditutup melemah pada akhir perdagangan kemarin, turun 0,36 persen pada 94.77. Siang ini terpantau indeks dollar AS melemah 0,03 persen. Pelemahan dolar AS dipengaruhi sinyal dovish untuk pertemuan Federal Reserve AS, dan melemahnya data perumahan baru AS.
Harga minyak mentah berjangka AS naik 39 sen pada $ 43,03. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent kontrak bulan depan diperdagangkan pada $ 44,84 per barel pada 0054 GMT, naik 36 sen dari posisi terakhir mereka.
Lihat : Harga Minyak Mentah Turun Tertekan Sentimen Bearish
Pedagang mengatakan harga telah terangkat oleh melemahnya dolar semalam, yang berpotensi meningkatkan permintaan dari importir bahan bakar yang menggunakan mata uang selain dollar AS, di mana minyak mentah diperdagangkan.
Namun di pasar fisik, analis memperingatkan berlebihnya pasokan Arab Saudi dan Iran tampaknya mendorong produksinya dalam perlombaan untuk pelanggan, berlanjut membanjiri pasar dengan persediaan yang sudah berdiri di 1.000.000-2.000.000 barel minyak mentah per hari lebih dari permintaan.
“Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka akan menyelesaikan perluasan lapangan minyak Shaybah bulan Juni, mendorong kapasitas untuk 12 juta barel per hari (bph). Produksi minyak Iran kini telah meningkat sebesar 1 juta barel per hari sejak awal tahun, sementara Kuwait memperkirakan produksi yang mencapai 3,15 juta barel per hari pada bulan Juni setelah akhir pemogokan pekerja, “kata ANZ Bank, Selasa.
Iran ingin kembali ke produksi pra-sanksi pada 4 juta barel per hari.
“Risiko bearish terbesar untuk pasar minyak sekarang adalah bahwa Iran mempercepat produksi dan kemudian bahwa Arab Saudi melakukan hal yang sama,” kata Citi.
Kargo akan dipindahkan pada bulan Juni dari penyimpanan Aramco di prefektur Okinawa Jepang dan dikirim ke provinsi timur China Shandong, Reuters melaporkan pada hari Senin.
“Ini semakin memperlihatkan kemungkinan bahwa Arab Saudi menargetkan 0,5 juta barel per hari dari penjualan, membawa produksinya hingga mantap 11 juta barel per hari atau lebih tinggi,” kata Citi.
Para pedagang mengatakan bahwa banjir bensin menjulang di Asia juga mengancam naiknya harga minyak mentah sebagai penyuling membanjiri pasar dengan produk-produk yang tidak diinginkan.
Malam nanti akan dirilis data ekonomi AS Durable Goods Orders yang diindikasikan meningkat. Jika terealisir akan menguatkan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah pada perdagangan selanjutnya berpotensi turun dengan kekuatiran terhadap kekenyangan pasokan global. Namun perlu diperhatikan pergerakan dollar AS, yang jika lanjut melemah akan masih dapat mengangkat harga minyak. Namun malam nanti jika dollar AS terealisir meningkat, akan menekan kembali harga minyak mentah. Harga diperkirakan menembus kisaran Support $ 42,10-$ 41,60, dan jika naik akan menembus kisaran Resistance $ 43,10-$ 43,60.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang