Harga Minyak Mentah Naik Tiga Hari Berturut Terpicu Pelemahan Dollar AS

970

Harga minyak mentah mencapai posisi tertinggi 2016 untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan hari Kamis, terpicu pelemahan dollar AS.

Dollar AS jatuh setengah persen, jatuh untuk hari keempat berturut-turut dan ke dua minggu terendah terhadap sekeranjang mata uang. Penurunan dolar cenderung membuat komoditas dalam mata uang dollar AS, termasuk minyak, lebih menarik bagi pemegang euro dan mata uang lainnya.

Dollar AS melemah setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan FOMC kemarin.

Lihat : The Fed AS Pertahankan Suku Bunga Tetap, Akankah Naik Bulan Juni?

Pelemahan dollar AS juga terpicu melambatnya pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama 2016. Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal pertama berada pada kecepatan yang paling lambat dalam dua tahun karena lemahnya pengeluaran konsumen dan kekuatan dolar yang terus melemahkan ekspor, namun pertumbuhan diimbangi oleh kenaikan pasar tenaga kerja.

Produk domestik bruto meningkat pada tingkat tahunan 0,5 persen, terendah sejak kuartal pertama 2014, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada perkiraan awal PDB pada hari Kamis (28/04). Pertumbuhan juga ditahan oleh upaya peningkatan bisnis untuk mengurangi barang dagangan yang berlebihan.

Lihat : Pertumbuhan Ekonomi AS Q1-2016 Melambat, Terlemah Dalam Dua Tahun

Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) berakhir pada $ 46,03, naik 1,5 persen, atau 70 sen, menandai tingkat tertinggi sejak 4 November.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent naik 93 sen menjadi $ 48,11 per barel, mendekati level tertinggi sejak November.

Harga minyak telah meningkat 75 persen dalam tiga bulan atau kurang sejak menyentuh level terendah 12-tahun dari sekitar $ 27 per barel untuk Brent pada akhir Januari dan sekitar $ 26 untuk minyak mentah AS pada pertengahan Februari.

Untuk April, keduanya naik hampir 20 persen untuk kenaikan bulanan terbesar dalam setahun.

Lihat : Harga Minyak Mentah Sesi Asia Tertekan Profit Taking

Rally, sebagian didorong oleh penurunan 6 persen dalam dolar tahun ini, telah bertahan meskipun persediaan minyak mentah AS tumbuh tertinggi sepanjang masa di atas 540 juta barel, menurut data pemerintah, Rabu.

Banyak analis percaya kekenyangan global dalam minyak akan turun dari paruh kedua tahun ini hingga pertengahan 2017.

Sementara produksi minyak AS sendiri telah jatuh, impor minyak mentah ke negara itu telah meningkat dan kelebihan pasokan global tampaknya akan tumbuh dengan eksportir besar dari Arab Saudi hingga Rusia dan Iran mendorong produksinya dalam persaingan untuk pangsa pasar.

Meski begitu, kata analis, minyak di dekat atau di atas $ 50 per barel bisa membuat pengeboran menarik lagi bagi produsen shale AS, berpotensi menciptakan persediaan yang memicu keruntuhan dari tingkat $ 100 pada pertengahan 2014.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan pada perdagangan selanjutnya harga minyak mentah berpotensi menguat dengan potensi pelemahan dollar AS. Harga diperkirakan menembus kisaran Resistance $ 46,50-$ 47,00, dan jika turun akan menembus kisaran Suport $ 45,50-$ 45,00.


Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center

Editor : Asido Situmorang

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here