Okupansi Perkantoran di Jakarta Merosot 2,9% Kuartal I

620

Selama kuartal pertama 2016, tingkat hunian perkantoran di Jakarta mencapai 87,7 persen. Hasil riset yang disampaikan oleh Tommy H. Bastamy, Director Advisory Service konsultan property Coldwell Banker Commercial Indonesia kepada media belum lama ini, menunjukkan akhir-akhir ini permintaan ruang perkantoran dari bisnis perbankan dan keuangan pun terlihat melemah.

Adanya penurunan angka sebesar 2,9 persen dari tingkat hunian pada kuartal sebelumnya. Hal ini mengakibatkan permintaan dan aktivitas untuk transaksi ruang perkantoran di Jakarta terlihat relatif lesu. Setelah harga minyak dunia jatuh, maka permintaan ruang perkantoran dari bisnis yang terkait dengan bidang minyak dan gas menurun drastis selama kurun waktu tersebut.

Permintaan ruang perkantoran pada awal tahun ini didominasi oleh industri teknologi informasi (IT) dan sebagian kecil oleh firma hukum. Dengan mengambil keuntungan dari harga sewa yang menurun, beberapa penyewa aktif mencari tempat yang lebih berkualitas untuk bisnis konsolidasi dan relokasi atau pindah tempat karena ingin mendapatkan ruangan yang lebih luas.

Relokasi yang dilakukan oleh para tenant perkantoran itu terjadi karena sudah habis jangka waktu kontrak sewa, perusahaan baru, serta cost saving. Sementara, permintaan dari sektor e-commerce tetap kuat, menyusul bertumbuhnya aktivitas penyewaan dari sektor ini pada akhir 2015. Perusahaan e-commerce asal China (Ali Baba) pada awal 2016 sudah mulai masuki pasar Indonesia.

Gedung perkantoran kelas A pada kuartal pertama 2016 masih berkontribusi dalam memberikan penyerapan terbesar. Sebaliknya, untuk perkantoran kelas C mengalami penyerapan negatif, karena relokasi besar-besaran para penyewa dari beberapa gedung yang dalam persiapan untuk pembangunan kembali. Rata-rata tingkat hunian (okupansi) perkantoran di CBD turun ke angka 81,36%. Sebagian besar disebabkan oleh penambahan pasokan dalam jumlah besar selama kuartal pertama 2016.

Lima bangunan kantor dengan total luas sebesar 270.000 m2 memasuki pasar dalam kuartal pertama 2016, di antaranya MSIG Tower (70.000 m2), Capital Place (90.000 m2), Indonesia Fnancial Center (50.000 m2), dan The Convergence Indonesia (36.000 m2). Pasokan perkantoran baru yang diproyeksikan ramping sampai akhir 2016, akan mengakibatkan peningkatan tingkat kekosongan dan penurunan harga sewa rata-rata, khususnya di gedung-gedung kelas A.

Proyek-proyek perkantoran berkualitas yang ada di lokasi prima diprediksi akan terus berkibar. Hal ini disebabkan penyewaupgrader melihat peluang untuk mendapatkan harga sewa yang sangat kompetitif. Mengingat volume pasokan dan ketersediaan ruang, landlord akan terus menawarkan perjanjian sewa yang menarik untuk meningkatkan jumlah permintaan. Sekalipun pasar terlihat masih berat, namun minat investor untuk perkantoran diperkirakan akan tetap kuat.

Pestaria Siregar/Assistant Director of Property Business Academy
Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here