Harga minyak mentah naik di perdagangan Asia pada Senin (18/07), dengan melemahnya dolar AS dan data ekonomi optimis dari Amerika Serikat memberikan dukungan harga.
Harga minyak mentah berjangka AS naik 10 sen menjadi $ 46,05 per barel setelah mengakhiri sesi sebelumnya naik 27 sen, naik lebih dari 1 persen untuk seminggu.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent naik 26 sen menjadi $ 47,87 per barel pada 0402 GMT setelah menutup 24 sen di sesi sebelumnya, setelah naik hampir 2 persen untuk seminggu.
Kedua benchmarks rebound setelah turun di awal sesi Senin karena investor mencerna dampak dari percobaan kudeta di Turki.
Istanbul Bosphorus Strait, sebuah titik kunci untuk minyak yang menangani sekitar 3 persen dari pengiriman global, terutama dari pelabuhan Laut Hitam dan wilayah Kaspia, dibuka kembali pada hari Sabtu setelah ditutup selama beberapa jam setelah kudeta militer Jumat.
Indeks dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang pada awal perdagangan Senin. Pelemahan dollar AS membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, mendorong permintaan untuk minyak mentah.
Data ekonomi dari AS dan Tiongkok pada hari Jumat, dua ekonomi terbesar di dunia, memberikan dukungan untuk harga minyak.
Penjualan ritel AS naik lebih dari yang diharapkan pada bulan Juni dengan orang Amerika membeli kendaraan bermotor dan barang-barang lainnya, sementara produksi industri AS mencatat kenaikan terbesar dalam 11 bulan pada bulan Juni, data resmi pada Jumat menunjukkan.
Tapi Morgan Stanley menaikkan kekhawatiran tentang prospek jangka panjang untuk konsumsi minyak karena permintaan untuk petrokimia daripada bahan bakar seperti solar dan bensin mengaburkan prospek permintaan minyak mentah, menurut sebuah laporan pada hari Senin.
“Tekanan Fundamental tumbuh, keseimbangan pasokan-permintaan kemungkinan masih akan terjadi di pertengahan 2017, tapi risiko diakui besar di kedua arah, seperti geopolitik menambah ketidakpastian,” kata laporan itu.
“Kenaikan pesat produk non-minyak bumi adalah meningkatkan permintaan produk total, tapi ini tidak membantu untuk minyak mentah. Berdasarkan data terbaru, bahkan kami perkirakan pertumbuhan 800.000 barel per hari untuk minyak mentah dunia terlihat terlalu tinggi,” tambah laporan itu.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah pada perdagangan selanjutnya berpotensi menguat jika doillar AS melanjutkan pelemahan. Harga diperkirakan akan menembus kisaran Resistance $ 45,50- $ 45,00, dan jika harga naik akan menembus kisaran Resistance 46,50 – $ 47,00.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang