Harga minyak mentah mencapai tertinggi satu bulan pada akhir perdagangan Selasa dinihari tadi, memperoleh sekitar 10,8 persen dalam reli tiga hari terdorong spekulasi intensif atas upaya negara produsen minyak untuk menstabilkan harga di tengah kekenyangan pasokan.
Data dari perusahaan intelijen pasar Genscape yang memperkirakan hasil penarikan lebih dari 350.000 barel di Cushing, Oklahoma pusat pengiriman minyak mentah berjangka AS pekan lalu ditambahkan ke sentimen bullish, kata para pedagang yang melihat data.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik $ 1.25, atau 2.81 persen, ke $ 45,74 per barel, setelah rally sebelumnya menjadi $ 45,75, yang mencapai puncaknya sejak 18 Juli. WTI telah menguat sekitar 10 persen pada bulan ini.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik $ 1,37, atau 2,92 persen, pada $ 48,33 per barel. Brent telah naik sekitar 10 persen secara kumulatif dalam tiga sesi terakhir. Sejak awal Agustus, Brent naik sekitar 13 persen.
Anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak akan bertemu di sela-sela Forum Energi Internasional, yang merupakan kelompok produsen dan konsumen, di Aljazair pada 26-28 September.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak memicu harapan pada hari Senin bahwa negara-negara penghasil minyak bisa mengambil tindakan untuk menstabilkan harga, menyampaikan pada sebuah surat kabar Arab Saudi bahwa negaranya sedang berkonsultasi dengan Arab Saudi dan produsen lainnya untuk mencapai stabilitas pasar.
Tapi analis lain skeptis bahwa reli akan berlanjut.
“Dalam pandangan kami koreksi harga baru tidak dapat dikesampingkan jika pelaku pasar mulai fokus pada sisi pasokan lagi, untuk angka aktivitas pengeboran terbaru di AS memberikan keraguan bahwa kelebihan pasokan yang benar-benar sedang terkikis,” kata analis Commerzbank Carsten Fritsch dalam catatan.
Data Baker Hughes yang dirilis pada Jumat menunjukkan jumlah kilang minyak yang beroperasi di AS naik 15 pekan lalu menjadi 396.
Sementara itu jauh di bawah 1.600 kilang yang beroperasi pada 2014 sebelum kekalahan harga, jumlah kilang telah terus meningkat dari rendah hanya 316 pada akhir Mei sebagai produsen AS menyesuaikan dengan harga yang lebih rendah.
Keraguan juga berlimpah atas kemungkinan OPEC menyisihkan perang pangsa pasar untuk menopang harga. Iran meyalip Rusia dalam persaingan untuk memasok minyak mentah ke Polandia, sementara ekspor minyak mentahnya ke Korea Selatan melonjak hampir empat kali lipat pada bulan Juli dari tahun sebelumnya.
Di sisi permintaan, tiga ekonomi terbesar dunia – Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang – semua merilis data ekonomi suram antara Jumat dan Senin. Negara-negara tersebut berada di antara tiga dari lima konsumen minyak mentah terbesar di dunia dan pedagang mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di negara-negara bisa mulai membebani pasar minyak mentah.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah pada perdagangan selanjutnya akan dipengaruhi tarik menarik sentimen optimisme upaya negara produsen minyak untuk menstabilkan harga dengan kekuatiran perlambatan ekonomi global. Sentimen yang lebih kuat akan mempengaruhi harga. Pergerakan dollar AS juga perlu dicermati. Harga diperkirakan akan menembus kisaran Resistance $ 46,25 – $ 46,75, dan jika harga turun akan menembus kisaran Support $ 45,25 – $ 44,75.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang