Pergerakan saham PT. Bank Negara Indonesia (BBNI) masuki perdagangan saham sesi pertama hari terakhir pekan ini (3/1) sedang bergerak lemah oleh profit taking investor lokal sangat besar setelah 2 hari sebelumnya melompat tinggi hingga mencapai posisi tertinggi dalam 20 bulan sejak bulan Juni 2015.
Berita terbaru dari perseroan, BBNI yang menyatakan komitmennya tahun lalu untuk mendirikan cabang di Malaysia setelah perjanjian OJK dengan Bank Negara Malaysia ditanda tangani pada 1 Agustus 2016 akan terealisasi tahun ini. Dalam kesepakatan tersebut salah satunya mengizinkan pembentukan 3 kelompok institusi perbankan Malaysia di Indonesia, termasuk di dalamnya kelompok institusi perbankan Malaysia yang telah ada di Indonesia demikian sebaliknya.
Untuk mendirikan subsidiari di Malaysia, BBNI harus menyiapkan dana sebesar US$66-75 juta atau mencapai 1 triliun lebih. Namun dari laporan sebelumnya mengenai kinerja keuangan perseroan tahun 2016 yang bertumbuh, BBNI siap untuk meluaskan bisnisnya di Malaysia.
BBNI laporkan semua unsur kinerja keuangan perseroan sepanjang tahun 2016 bertumbuh dengan lumayan, baik pendapatan bunga, dana pihak ketiga, kredit, laba dan juga aset dengan pertumbuhan sepanjang tahun masing-masing 18,6%, 17,6%, 20,6%, 25,1% dan 18,6%.
Untuk pergerakan sahamnya pada perdagangan hari Jumat (27/1), BBNI dibuka lemah pada level 6000 dan terus bergerak negatif hingga mencapai posisi terendah di 5950. Volume saham yang sudah diperdagangkan hingga siang ini baru mencapai 52 ribu lot saham.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, saham BBNI sebelumnya bergerak bullish dengan indikator MA bergerak mendaki dan indikator Stochastic turun di area jenuh belinya. Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak datar dengan +DI yang naik tinggi juga menunjukan BBNI rawan koreksi. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, diprediksi rekomendasi trading selanjutnya pada target level support di level 5930 hingga target resistance di level 6030.
H Bara/VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Jul Allens