Harga kakao berjangka ICE Futures pada akhir perdagangan akhir pekan Sabtu dinihari (25/02) ditutup turun. Pelemahan harga kakao merupakan terendah 8,5 tahun, terpicu berlebihnya pasokan di Pantai Gading.
Saat ini begitu banyak pasokan dari Pantai Gading dimana petani dalam negeri mengalami kesulitan menemukan pembeli untuk biji kakao mereka. Baru-baru ini, sejumlah besar eksportir lokal mengingkari kontrak dan sekarang banyak biji kakao menganggur. Kacang ini cepat memburuk dalam kualitas dan beberapa petani menolak untuk menjual pada saat ini, sehingga harga rendah.
Kakao yang rusak tidak akan terjual. Pasar kakao diperkirakan untuk surplus 150,000-200,000 metrik ton tahun ini.
Sementara kondisi harga yang lemah saat ini sebagian besar merupakan hasil dari kelebihan pasokan, permintaan bermasalah juga. Konsumsi kakao telah mengecewakan selama setahun terakhir.
Di akhir perdagangan dini hari tadi harga kakao berjangka kontrak Mei 2017 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup merosot. Harga komoditas tersebut ditutup turun sebesar -32 dollar atau -1,58 persen pada posisi 1.994 dollar per ton.
Pada minggu ini, harga kakao melemah -0,30 persen, sebagian besar akibat menumpuknya pasokan kakao di Pantai Gading. Namun pelemahan lebih jauh tertahan melemahnya dollar AS yang membantu mengangkat harga kakao.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan berpotensi melemah terbatas dengan penguatan dollar AS. Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk menembus level Support pada posisi 1.940 dollar. Jika level Support tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 1.890 dollar. Sedangkan level Resistance yang akan ditembus jika terjadi kenaikan ada pada 2.040 dollar dan 2.090 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang