Indonesia membukukan surplus perdagangan bulan Februari sebesar US$1,32 miliar, dengan ekspor US$12,57 miliar , melebihi Impor US$11,26 miliar. Demikian rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (15/03).
BPS menyatakan nilai ekspor Indonesia Februari 2017 mencapai US$12,57 miliar atau menurun 6,17 persen dibanding ekspor Januari 2017, sementara dibanding Februari 2016 meningkat 11,16 persen.
Ekspor nonmigas Februari 2017 mencapai US$11,38 miliar, turun 6,21 persen dibanding Januari 2017, sementara dibanding ekspor Februari 2016 naik 11,55 persen.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari–Februari 2017 mencapai US$25,98 miliar atau meningkat 19,20 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$23,51 miliar atau meningkat 20,11 persen.
Ekspor nonmigas Februari 2017 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$1,36 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,36 miliar dan India US$1,02 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 32,81 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,29 miliar.
Sedangkan nilai impor Indonesia Februari 2017 mencapai US$11,26 miliar atau turun 5,96 persen dibanding Januari 2017, namun jika dibandingkan Februari 2016 meningkat 10,61 persen.
Impor nonmigas Februari 2017 mencapai US$8,83 miliar atau turun 12,93 persen dibanding Januari 2017, begitu pula jika dibanding Februari 2016 menurun 2,46 persen.
Impor migas Februari 2017 mencapai US$2,43 miliar atau naik 32,71 persen dibanding Januari 2017, demikian pula jika dibanding Februari 2016 naik 116,04 persen.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2017 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$4,87 miliar (25,68 persen), Jepang US$2,15 miliar (11,32 persen), dan Thailand US$1,38 miliar (7,25 persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 21,02 persen, sementara dari Uni Eropa 9,71 persen.
Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang