Harga minyak mentah merosot ke level terendah dua minggu pada akhir perdagangan Kamis dinihari (20/04), setelah data persediaan minyak mentah AS menunjukkan penurunan yang lebih kecil dari perkiraan dan kenaikan persediaan bensin yang mengejutkan, yang menimbulkan kekhawatiran tentang pasokan global yang terlalu tinggi.
Harga minyak mentah berjangka AS berakhir turun $ 1,97 atau 3,8 persen, menjadi $ 50,44 per barel, penurunan satu hari terburuk sejak 8 Maret.
Harga minyak mentah berjangka Brent terpantau turun $ 1,82 atau 3,32 persen, menjadi $ 53,07 per barel.
Persediaan minyak mentah AS turun 1 juta barel dalam minggu terakhir, menurut Administrasi Informasi Energi AS, kurang dari yang diperkirakan. Pasokan bensin membukukan kenaikan sebesar 1,5 juta barel, meski aktivitas penyulingan lebih ketat.
Kenaikan persediaan bensin ini mengejutkan, seiring dengan peningkatan produksi dan impor AS dari negara-negara OPEC, menekan harga.
Kemerosotan minyak mentah dunia terus berlanjut meskipun Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan negara-negara penghasil lainnya telah berupaya mengurangi produksi berdasarkan kesepakatan untuk mengurangi pasokan hampir 1,8 juta barel per hari pada paruh pertama tahun 2017.
Pasokan dan produksi AS meragukan apakah pemotongan OPEC sudah cukup. Produksi AS naik menjadi 9,252 juta barel per hari dalam minggu terakhir, tertinggi sejak Agustus 2015.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak berpotensi naik dengan aksi bargain hunting memanfaatkan anjloknya harga minyak mentah. Namun kekuatiran peningkatan produksi AS masih mengancam harga. Jika dollar AS lanjutkan penguatan juga akan menekan harga. Harga minyak mentah berpotensi bergerak dalam kisaran Resistance $ 51.00-$ 51.50, dan jika harga lanjutkan penurunan akan menembus kisaran Suppport $ 50.00-$ 49.50.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang