Harga minyak mentah mixed pada akhir perdagangan Jumat dinihari (21/04) dalam sesi perdagangan sideways, terpicu tarik menarik sentimen peningkatan produksi A.S. menghadapi komentar dari produsen minyak Teluk sehingga perpanjangan pemotongan pasokan OPEC mungkin terjadi.
Harga minyak mentah berjangka A.S. turun 17 sen atau 0,3 persen menjadi $ 50,27 per barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent terakhir naik 3 sen menjadi $ 52,96 per barel.
Anggota OPEC Arab Saudi dan Kuwait memberi isyarat bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen lainnya, termasuk Rusia, kemungkinan akan memperpanjang produksi minyak mentah mereka setelah Juni.
Pada sebuah konferensi pers di Uni Emirat Arab, Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa ada paya peningkatan konsensus untuk pemotongan produksi lanjutan tapi belum selesai.
Namun pernyataan bullish menteri tersebut belum mampu mengangkat harga karena pertumbuhan produksi serpih A.S. yang terus meningkat.
Pada hari Rabu, harga minyak mentah anjlok lebih dari 3,5 persen karena data pemerintah A.S. menunjukkan bahwa stok minyak mentah dalam negeri turun kurang dari yang diperkirakan dalam minggu terakhir dan pasokan bensin membukukan kenaikan 1,5 juta barel yang mengejutkan.
Sentimen pasar tampaknya bahwa peningkatan produksi serpih A.S. melebihi tindakan OPEC dan pasar menjaga kerugian.
Produksi minyak mentah A.S. naik menjadi 9,25 juta barel per hari, data resmi menunjukkan, naik hampir 10 persen sejak pertengahan 2016. Persediaan A.S. dari 532 juta barel tetap berada di dekat rekor sepanjang masa yang dicapai pada bulan Maret.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi lemah dengan sentiment bearish peningkatan produksi AS. Namun jika pelemahan dollar AS berlanjut dan kesepakatan pemotongan produksi lanjutan menguat, dapat mengangkat harga. Harga minyak mentah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Support $ 49,80-$ 49,30, dan jika harga bergerak naik akan menguji kisaran Resistance $ 50,80-$ 51,30.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang